Mohon tunggu...
Alvino April Saputra
Alvino April Saputra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Main bola dan game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keganasan PKI pada Gerakan 30 September G30S/PKI

30 September 2024   12:43 Diperbarui: 30 September 2024   12:52 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ISDV berhasil menjadi partai dengan jumlah pengikut yang besar. Bahkan, pada saat itu, ISDV disebut-sebut sebagai partai komunis pertama di Asia. Pada perkembangannya, partai ini kemudian mengalami perpecahan yang menyebabkan munculnya dua organisasi sayap bernama SI Putih yang berideologi islam dan SI Merah yang berideologi komunis.

Pada Mei tahun 1920, ISDV berganti nama menjadi Perserikatan Komunis di Hindia Belanda. Selanjutnya, pada tahun 1924 berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia dan terus berdiri hingga negara Indonesia terbentuk.

Pada 18 September 1948, pergerakan PKI mulai mengganggu pemerintahan Indonesia. Melalui gerakan yang diketuai oleh Amir Sjarifuddin dan Muso, terjadi pemberontakan PKI Madiun yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dan mengganti landasan negara.

Tak hanya berusaha menggulingkan pemerintahan Indonesia, pemberontakan PKI di Madiun juga bertujuan membentuk negara Republik Indonesia Soviet, mengganti dasar negara Pancasila dengan Komunisme, dan mengajak petani dan buruh untuk melakukan pemberontakan.

Puluhan tahun berselang, niat menggulingkan kekuasaan kembali dilakukan yakni melalui peristiwa G30S PKI.

Kronologi Peristiwa G30S PKI

Peristiwa G30S PKI dimulai pada hari Kamis malam, tepatnya pada 30 September 1965. Gerakan ini diketuai oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit sebagai ketua PKI, dengan tujuan untuk menggulingkan Pemerintahan Presiden Soekarno dan menjadikan Indonesia sebagai Negara Komunis.

PKI melancarkan aksinya dengan cara menculik para dewan jenderal dan perwira tinggi untuk melemahkan pertahanan militer Indonesia. Gerakan penculikan ini dimulai di Jakarta yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung Syamsuri yang merupakan Komandan Batalyon I Cakrabirawa, dengan kronologi sebagai berikut:

1. Pada tanggal 30 September 1965, Letkol Untung menunjuk Lettu Dul Arief sebagai ketua pelaksanaan penculikan para jenderal dan perwira tinggi militer.

2. Pukul 03.00 WIB pasukan Cakrabirawa dan anggota PKI bergerak dari Halim Perdanakusuma menuju rumah para perwira tinggi militer.

3. Pasukan Cakrabirawa membunuh Letjen Ahmad Yani, Mayjen MT Haryono, dan Brigjen DI Panjaitan di rumahnya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun