Butuh waktu lama untuk menghasilkan satu lembar kain. Oleh karena itu harganya pun tidak bisa dibilang murah. Tentu ada harga ada kualitas. Sebuah kewajaran karena pengerjaannya yang handmade asli. Kesabaran dan ketelatenan sangat dibutuhkan untuk pekerjaan ini.
Sayangnya makin sedikit perempuan muda di Sembalun yang mau melakukan pekerjaan menenun. Selain adanya fakta bahwa banyak rumah yang sudah tidak lagi mempunyai alat tenun tradisional karena dijual atau rusak karena tidak ada yang menggunakan lagi. Dulu hampir setiap rumah memiliki alat tenun tradisional dari kayu ini.
Tari Tradisi di Hotel Pesona Rinjani
Setelah itu kami check-in di Hotel Pesona Rinjani, berupa kamar cottage yang sebagian besar menghadap ke Gunung Rinjani. Dinginnya Sembalun bertambah syahdu dengan hujan yang jatuh rintik-rintik.
Satu yang menarik saat makan malam juga disajikan tarian tradisi dari seniman setempat yang membawakan tiga buah tarian menggunakan pemain gamelan tradisional Lombok.
Tari Selogok menceritakan prosesi membuat tenun dibawakan oleh gadis-gadis cilik yang tampak cantik dengan busana daerah. Selanjutnya Tari Pangkureyong dan Tari Pemidangan Bumi.
Tari Pangkureyong sudah ada sejak tahun 1428 sesuai dengan berdirinya Sembalun. Bercerita tentang tentang tanaman padi merah di Sembalun yang sedang diganggu oleh makhluk gaib, maka dari itu para ulama melawan makhluk gaib pengganggu sehingga tanaman padi merah bisa diselamatkan.
Sembalun sendiri berasal dari kata "sembah" yang artinya patuh dan "ulun" yang artinya pemimpin. Jadi Sembalun adalah wilayah yang masyarakatnya patuh kepada pemimpin. Â