Suka atau tidak suka pengemis sudah merupakan profesi karena dikerjakan setiap hari dari jam sekian sampai jam sekian, dan bahkan ada organisasinya segala. Terlepas itu adalah "penipuan" faktanya masyarakat masih memberikan seribu dua ribu rupiahnya kepada golongan ini karena menganggap hitung-hitung sedekah.
Kembali ke nasib pemuda tadi. Walhasil oleh pengurus masjid si pemuda itu pun boleh menjadi juru parkir di masjid saat waktunya jam sholat untuk menambah penghasilan dari menjadi juru parkir di minimarket dengan catatan tidak mencuri lagi. Jika kedapatan melakukan lagi akan dilaporkan ke pihak berwajib.
Selama tak ada jaminan sosial yang pasti dari negara bagi para pekerja informal, cara-cara sedekah sosial yang dilakukan masyarakat akan tetap ada. Apakah ini merupakan solusi? Harusnya hanya untuk sementara.
Jika negara ini dikaruniai ekonomi yang baik, pemerintahan yang baik, sistem yang baik, aparatur yang baik, masyarakat yang baik.
Jika pekerja informal dapat dipelihara negara sehingga tak ada lagi pengemis. Jika petugas parkir dan pak ogah adalah petugas resmi yang digaji negara.
Jika masyarakat madani sudah tercipta tentunya sedekah sosial akan menyasar ke hal yang lebih besar lagi. Sederhananya jika "sedekah receh" sudah tidak ada yang menerima lagi berarti kesejahteraan masyarakat telah meningkat. Dan sedekah sosial bisa disalurkan ke hal yang lebih besar lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H