Kenapa New York?
Ya tentu saja karena kota tersebut melting pot-nya orang dari seluruh dunia. Selain itu juga ada efek gengsi yang bisa digunakan sebagai promosi pemasaran ke seluruh dunia.
Sepertinya New York juga ramah pada berbagai jenis usaha dari tingkat gerobak kaki lima hingga restoran fine dining premium super mahal.
Sekali lagi saya mau berkhayal dulu. Jika saya adalah pengusaha kaya, saya akan membuat warung soto pinggir jalan di 50 titik di seantero Manhattan, New York dan sekitarnya. Konsepnya satu merek, satu nama dengan gabungan antara food truck, kios, hingga restoran kecil.
Soto yang akan dijual dua macam. Soto kuah bening dengan mengadopsi Soto Lamongan dan Soto kuah santan dengan mengadopsi Soto Betawi. Tentu dengan variasi isian dan toping yang beragam dan sudah mengalami pengembangan terlebih dahulu.
Bukan untuk membandingkan dengan soto-soto dari daerah lain. Sebagai pebisnis tentu melihat fakta di lapangan bahwa Soto Lamongan adalah soto yang paling populer di Indonesia. Kenapa? Karena mudah di dapat.
Hampir di tiap kota ada penjual Soto Lamongan karena banyak pedagangnya berani merantau ke berbagai daerah. Penetrasi ini meniru kesuksesan pedagang warteg dan warung padang.
Soto Betawi adalah wakil dari soto kuah santan karena rasanya yang gurih dan mewah. Hal ini karena penggunaan minyak samin dan santan yang kental hingga rasanya yang kaya.
Akan tetapi banyak juga pedagang yang mengganti santan dengan susu sapi segar sehingga rasanya lebih ringan yang bisa cocok untuk pasar luar negeri yang belum terbiasa dengan penggunaan santan di aneka hidangan.
Isian utama daging sapi, daging ayam, daging rusa, atau daging kalkun bisa menjadi pilihan.
Selain ada toping tambahan seperti perkedel kentang, kerupuk, sate-satean, acar, dan tentu saja rasa yang akan memberikan bentuk dan tekstur hingga menikmati makanan Indonesia adalah sebuah pengalaman kuliner yang menyenangkan.