Pada era di mana perkembangan teknologi berlangsung sangat cepat dan saling berhubungan antara satu sistem, organisasi, masyarakat satu dengan yang lain, maka risiko semakin meningkat melintasi batas-batas lokal, regional, dan nasional.
Akibatnya, masyarakat akan semakin sering dihadapkan pada keadaan darurat dan krisis yang menantang stabilitas sosial dan ekonomi mereka. Untuk menjadi tangguh, masyarakat bergantung pada layanan yang disediakan oleh organisasi, pemerintah utamanya, untuk memungkinkan mereka merencanakan, menanggapi, dan pulih dari keadaan darurat dan krisis.
Organisasi yang menyediakan layanan bagi masyarakat seperti air, gas, listrik, dan transportasi, serta organisasi yang menyediakan pendidikan dan perawatan kesehatan, biasanya terlihat sebagai bagian yang sangat kritis. Sebab peran dan keberhasilan kerja organisasi-organisasi ini di masa krisis yang memungkinkan masyarakat untuk kembali berfungsi dan berkegiatan secara normal atau kuasi normal.
Ketahanan organisasi dan komunitas adalah dua sisi mata uang yang sama; jika organisasi tidak siap untuk menanggapi keadaan darurat dan krisis, masyarakat juga tidak siap. Organisasi yang tangguh juga lebih siap untuk mengembangkan keunggulan kompetitif. Organisasi berjuang untuk memprioritaskan ketahanan (resiliensi) dan mengalokasikan sumber daya untuk mencapai ketahanan (resiliensi) yang tinggi untuk bisa bertahan secara berkesinambungan (sustained). Ketahanan masyarakat, kemampuan masyarakat untuk mengatasi atau bangkit kembali dari kejadian atau situasi yang merugikan, semakin penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan sosial.
Mengapa ketahanan/resiliensi itu penting?
Di Indonesia, seperti di banyak belahan dunia lainnya, pemerintah daerah berada di bawah tekanan karena berbagai faktor. Kota-kota tumbuh, layanan diperluas, dan anggaran ketat.
Pada saat yang sama, risiko bencana alam, konflik sosial, dan guncangan ekonomi meningkat. Dalam konteks ini, ketahanan/resiliensi menjadi lebih penting dari masa sebelumnya.
Resiliensi adalah kemampuan individu, komunitas, dan sistem untuk menahan guncangan dan bangkit kembali dengan lebih kuat. Provinsi/kabupaten/kota yang tangguh dapat pulih dengan cepat dari bencana atau krisis, dan terus berfungsi serta berkembang. Pemerintah daerah yang tangguh lebih mampu menyediakan layanan penting bagi warganya selama masa-masa sulit.
Mengapa resiliensi begitu penting? Ada tiga alasan utama:
- Bencana dan krisis menjadi semakin sering: Seperti disebutkan di atas, risiko bencana alam, konflik sosial, dan guncangan ekonomi meningkat. Di Indonesia khususnya, risiko gempa bumi, gunung meletus, dan tanah longsor meningkat karena negara ini berada di ring of fire. Pemerintah daerah perlu bersiap ketika peristiwa ini terjadi.
- Konsekuensi dari bencana dan krisis semakin parah: Tidak hanya bencana dan krisis menjadi lebih umum, tetapi dampaknya juga semakin besar. Gempa bumi besar, tsunami, atau krisis kesehatan seperti pandemi COVID-19 dapat menghancurkan infrastruktur dan mengganggu rantai pasokan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Hal ini dapat menyebabkan kemiskinan dan penderitaan yang meluas. Untuk itu, perencanaan dan persiapan serta ketahanan menghadapi hal terburuk harus selalu dilakukan.
- Ketidaksiapan dalam menghadapi ketidakpastian dan tanggapan tradisional terhadap bencana dan krisis sering kali memperburuk keadaan: Dalam banyak kasus, tanggapan tradisional terhadap bencana–seperti membangun tembok yang lebih tinggi atau memberikan bantuan tunai–justru memperburuk keadaan.
 Apa itu Ketahanan Daerah?
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana alam dan krisis lainnya. Untuk mengurangi dampak bencana tersebut, pemerintah berupaya membangun ketahanan daerah/wilayah (regional resilience). Ketahanan daerah/wilayah merupakan kemampuan suatu wilayah untuk bangkit kembali dari suatu shock atau stressor.