Mohon tunggu...
Pitri Lestari
Pitri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Sometimes, your best is not good enough

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tidak Bisakah Dia Saja?

26 Oktober 2023   19:56 Diperbarui: 26 Oktober 2023   20:02 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengetahui bahwa besok adalah akhir pekan merupakan sebuah kebahagiaan yang sangat membahagiakan. Entah sejak kapan aku mulai merasakannya. Tetapi perkataan nenekku tadi cukup mengganggu pikiranku.

"Jika belum bisa menemukan seseorang dengan caramu sendiri, biar nenek saja yang mencarikannya. Minggu ini akan ada acara makan keluarga, kamu harus datang, nenek tidak ingin mendengar alasan apapun."

Memikirkan hal itu, aku yang awalnya sudah bersemangat akan menonton puluhan episode drama favorit menjadi tidak ingin melakukan apapun. Akhirnya, memutuskan pergi ke luar. Berharap dengan sedikit bergerak bisa melupakannya walaupun hanya sesaat.

Setelah memastikan pintu tertutup aku melihat handphone untuk memutar lagu sebagai teman perjalananku. Tiba-tiba ...

"Saking sibuknya orang ini, malam haripun mau berlari."

Aku terperanjat mendengar suaranya. Setelah diperhatikan, ternyata memang ada seseorang yang sedang duduk di teras luar.

"Sejak kapan di sini? Ngapain?" Tanyaku

"Pemandangan langit di rumahmu sangat bagus. Aku hanya ingin melihatnya. Aaah, jangan terganggu dengan keberadaanku. Lanjutkan saja apa yang akan kamu lakukan." Jelasnya.

"Jika begitu, aku akan melakukan apa yang akan aku lakukan, jangan sungkan untuk tetap berada di sini, nikmati pemandangan langitnya sepuasmu." Setelah berkata, aku meninggalkannya.

...

"Kenapa sudah kembali? Belum juga 15 menit berlalu." Tanyanya

"Siapa yang akan tenang meninggalkan rumahnya, sementara ada orang lain di sana?"

Dia tertawa.

"Minumlah, aku membelinya di perjalanan tadi." Kataku

"Ra, ada yang ingin aku ceritakan. Maksudku ada banyak yang ingin aku ceritakan."

"Bukannya sudah jelas, makannya aku membeli minum biar tenggorokkanmu tidak kering selama bercerita." Ejekku.

Sejak kita sudah saling mengenal Dita selalu duduk termenung menatap lagit di teras rumahku setiap kali dia ada masalah. Perkataannya masih sama hingga sekarang "Pemandangan langit di rumahmu sangat bagus. Aku hanya ingin melihatnya."

...

"Sebenarnya salahku, terlalu memaksa dia untuk memulai hubungan denganku. Dari awal hingga sekarang memang hanya aku yang mencintainya. Tadinya aku pikir seiring berjalannya, aku bisa meraih hatinya, namun ternyata tidak. Selama ini dia menyukai orang lain." Inti dari ceritanya

Aku mendengarkan dia, namun bingung harus menanggapi apa.

"Orang lain? Sejak kapan?" Tanyaku ragu.

"Iya orang lain, sebelum dia mengenalku, makanya ketika aku mengejarnya dia tetap menutup diri namun aku terus merengek." Respon Dita.

Setelah Dita pulang, aku langsung memacu mobilku menuju suatu tempat.

...

Aku mendatanginya.

"Apa hebatnya aku? Tidak bisakah dia saja? Mau sampai kapan? Kamu tidak bisa hanya memikirkan perasaanmu saja. Dita sudah berusaha melakukan yang terbaik, setidaknya pikirkan dia juga." Kataku.

Dia tidak merespon apapun hanya menatapku saja.

"Aku sama sekali bukan orang yang tepat untukmu. Dari dulu aku sudah memberitahunya bukan? Cerita singkat yang pernah terjadi, anggap saja tidak pernah ada. Kamu harus menemukan seseorang yang pantas untukmu." Mataku mulai terasa panas saat menyampaikannya.

Di sisi lain dia masih tidak merespon. Tapi saat aku mulai melangkah untuk pergi, dia menghentikannya.

"Tidak bisakah dia saja? Menurutmu bagaimana? Sayangnya aku tidak sepertimu yang bisa dengan mudah melupakan sebuah cerita, termasuk cerita singkat sekalipun." Ungkapnya lembut.

Mendengarnya membuatku sakit, tapi aku mencoba untuk tidak menangis sedikitpun.

"Kamu boleh tidak menganggapku dan selamat jika memang sudah bisa melupakanku. Tapi tolong, jangan memintaku melakukan hal yang sama." Lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun