Mohon tunggu...
Pither Yurhans Lakapu
Pither Yurhans Lakapu Mohon Tunggu... Penulis - Pemitra (pejuang mielitis transversa)

Penulis buku "TEGAR!; Catatan Perjuangan Melawan Mielitis Transversa". Twitter: @pitherpung, blog: https://pitherpung.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hidup Hanya Sekali dan Penuh Liku, Jalanilah dengan Tegar dan Maksimal

2 Oktober 2018   18:15 Diperbarui: 4 Oktober 2018   11:30 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover TEGAR | Dok. Pribadi

Cover TEGAR | Dok. Pribadi
Cover TEGAR | Dok. Pribadi
Menonton film ini seolah melihat gambaran diri sendiri. Tentang pikiran, perasaan, sikap, kerentanan kesehatan, pandangan terhadap difabel, konflik asmara dan sebagainya. Walaupun saat ini saya lumpuh hanya bagian bawah tubuh (paraplegia) namun kondisi hati hampir sama. Saya pernah juga merasakan hidup sebagai quadriplegia ketika awal diserang Mielitis Transversa sehingga keempat organ gerak tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Ingin tahu lebih dalam tentang perasaan seorang  yang pernah hidup sebagai orang normal lalu mengalami kecacatan berat oleh suatu sebab dan menjadi sangat terbatas? Tontonlah film Me Before You. Atau, untuk lebih kontekstual dan nyata, anda juga bisa membaca buku berjudul TEGAR.

***

Tentang TEGAR

Judul lengkapnya adalah, "TEGAR; Catatan Perjuangan Melawan Kelumpuhan Akibat Mielitis Transversa", merupakan buku tentang pengalaman hidup sebagai penyintas Mielitis Transversa sejak tahun 2010 yang saya tulis sendiri.

Mielitis Transversa telah merenggut banyak hal dari hidup saya. Apa  yang telah, sedang dan ingin saya lakukan hingga usia 29 tahun "dihancurkan" dalam sekejap. Pencapaian-pencapaian berantakan, impian-impian harus dikubur dalam-dalam.

Penderitaan akibat hantaman penyakit infeksi pada sum-sum tulang belakang itu pun tidaklah ringan, berbulan-bulan saya harus mendekam di ICU dan ruang perawatan rumah sakit, berbagai kondisi kritis harus dilalui, berbagai terapi saya coba, rasa nyeri tak tertahankan saya akrabi, bahkan kematian pun sudah tak menakutkan. Belum ditambah pergumulan akan keterbatasan sarana-prasarana medis hingga minimnya informasi tentang salah satu penyakit autoimun ini.

Namun, inilah hidup. Ada episode di mana kita tak memiliki kuasa untuk menepis kemalangan yang menghampiri. Kita hanya bisa tabah, tegar dan bersyukur menghadapinya.

Hidup hanya sekali dam berliku, apakah kita sudah berbuat maksimal? Jawabannya mungkin relatif bagi setiap orang. Tetapi bagi saya, selagi napas masih berembus, saya ingin terus melakukan sesuatu bagi orang lain. Ketika jantung masih berdetak, menyerah tak harus menjadi pilihan.

"Jika kaki tidak ada, masih ada tangan; jika tangan juga sudah tidak ada, masih ada mulut". Kalimat penyemangat  yang pernah saya dapatkan dari seorang kakak. 

Kolase pembaca TEGAR | Dok. Pribadi
Kolase pembaca TEGAR | Dok. Pribadi
Dengan tubuh  yang lumpuh dari kaki hingga dada (ruas T6-T7), praktis, menulis adalah salah satu aktivitas ideal yang bisa saya lakukan untuk orang lain walaupun hanya dari pembaringan atau kursi roda. Menulis buku menjadi impian baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun