Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bukankah Damai Baik Adanya

22 Juli 2016   13:51 Diperbarui: 1 April 2017   09:02 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Damai, semua perlu damai kini hingga nanti Selamanya Abadi, jika itu boleh terlaksana dan bersemi di setiap sanubari.

Damai bagi semua; damai di bumi, damai di hati,

Damai bagi diri, damai bagi orang lain, damai bagi sesama semua juga  Sang Kuasa.

Tak terkecuali sesama segala bernyawa ciptaan Maha Pencipta.

Mengapa damai?

Damai, damai itu baik. Damai itu indah.

Damai itu harmonis, tidak saling menyakiti atau tersakiti.

Damai itu satu, satu kesatuan yang utuh tanpa memecah belah.

Damai itu harus ada, tertanam, terpupuk juga harus terpatri.

Mengingat, melihat,

Damai, kini semakin pudar di segenap penjuru bumi.

Damai itu semakin tercabik oleh ragam kepentingan

Damai pada diri, tanpa harus menyalahkan, membenci atau menyakiti pribadi juga sesama.

Damai pada orang lain tanpa harus dendam atau balas dendam.

Damai mutlak ada menghiasi dan membingkai negeri ini,

Damai pertiwi, damai negeri, damai bumi.

Damai untuk mencintai sesama berpatok pada patok semboyan Bhineka Tunggal Ika. Berbeda tetapi tetap satu.

Bila boleh, berdamailah...

Berdamailah...

Hentikan perang dari segala aspek yang acap kali mendera jiwa raga menggoyang akar rumput hingga luluh layu.

Damai untuk memupuk ladang gersang agar hijau rimbun kembali. Untuk obat penawar luka, penyejuk jiwa.

Balutlah, basuhlah dendam dengan senyumlah rangkullah, berjabat tanganlah; dengan diri, dengan sesama, dengan semua untuk harmoni menyatu diri.

Boleh tak berdamai, boleh membenci tetapi itu pada rasa malas, pada korupsi, pada pencuri ikan di laut, pada pengambil hak-hak akar rumput, pada jiwa-jiwa yang menebar teror, pada pelaku perusak keutuhan bangsa.

Tanamlah, pupuklah, jagalah, peliharalah damai,  agar damai senantiasa berakar dalam sanubari kita semua. Jika mampu, berdamailah hingga kita benar-benar berdamai dan kembali kepadanya hingga nanti lestari abadi selamanya. Bukankah damai itu baik adanya.

Ketapang, Kalbar, 22 Juli 2016

By : Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun