Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Segala Nafas Beradu Mengadu

12 Juli 2016   15:03 Diperbarui: 12 Juli 2016   15:22 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kering kerontang membakar segenap penjuru semak-semak, tajuk-tajuk yang tak lagi rimbun namun terkulai,rebah botak bersisir rapi.

Lambaian angin tak tentu arah menyebar tersebar di penjuru pelosok hingga negeri raksasa.

Pagi menjelang siang, siang menuju senja hingga larut dan subuh kembali menyapa tentang bingkai peristiwa yang tak bisa diprediksi.

Segala nafas menanya, entah kapan akan berlanjut atau dicabut dijemput rajutan-rajutan sakit sekaratnya bumi pertiwi serta merta serasa lengkap sudah menderita.

Menanti kendali keikhlasan tanpa batas, tanpa paksa  untuk secerca harap bernafas lega, tegak berdiri kokoh tanpa pamrih jika boleh berlanjut serta abadi lestari.

Ketapang, Kalbar, 12 Juli 2016

By : Petrus Kanisius-Yayasan Palung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun