Koar penyadar tersiar menyiar jerit tangis, tetapi terkadang bergema (menggema) memantul kembali tak kunjung bersahut ribut. Bertanya kepada siapa harus mengadu?
Memang, ada terjeruji besi tetapi masih banyak yang rapi berdasi mengatur strategi, mengintai setiap lokasi yang belum berpenghuni hingga mendamba rimba raya yang semakin sempit sebagai lahan baru bernama investasi kerap kali lupa pada akar rumput yang semakin sakit dan menjerit di tanah tuan negeri sendiri.Â
Tidak untuk mencari pembenaran, tetapi ini sungguh-sungguh terjadi kepadaku (satwa), sesamaku rimba raya juga manusia. Sampai kapan aku, mungkin kita semua berhenti menjerit, menangis? Moga-moga ada rasa saling iba sesama kita untuk nafas hari ini hingga nanti.
@Ketapang, Kalbar 14/4/2016
By: Petrus Kanisius ‘Pit’-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H