Menunggu padang gersang sampai menjadi semak belukar?.
Atau aku dijaga, dirawat, ditanam hingga berdiri tegak kokoh kembali atau lestari?.
Entahlah,
Sesungguhnya, kini aku hanya menunggu diapakan saja aku rela. Tetapi mungkin Sang Kasa pun tak bisa menahan tangis yang sejatinya pula tangis kita bersama, kita semua.
Namun, akankah kita malu kepada Sang Pencipta ketika Beliau bertanya soal nafas. Maukah sejatinya nafasku, napasmu sewaktu-waktu dicabut?. Aku telah terbiasa nafasku dicabut tetapi bukan Yang Maha Kuasa yang mencabutnya tetapi kalian wahai manusia. Bagaimana jika kalian berada diposisiku?. Siapkah kalian diperlakukan sepertiku?. Tampaknya, kalian manusia selalu cengeng dan pasti masih tergantung kepadaku. Aku hanya takut saja bila aku suatu ketika benar-benar tidak bisa lagi berdiri kokoh dan tidak sanggup lagi menjadi payung kalian semua. Aku hanya bisa mengatakan dan merasakan saat ini nasibku tak seindah pelangi selepas hujan, itu yang kurasakan sekarang.
Tidak lebih dari itu, hanya itu rasa yang kurasa kini. Entahlah kalian menilaiku seperti apa, terserah dan tergantung kepada kalian. Aku hanya bertanya, sampai kapan nasibku terus begini?.
Â
 Ketapang, Kalbar, 11 April 2016
By : Petrus Kanisius ‘Pit’-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H