Rasa cemburu buta biasanya muncul dari ketidakamanan dan ketidakpercayaan diri yang mendalam. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pengalaman masa lalu, kegagalan dalam hubungan sebelumnya, atau bahkan trauma emosional.
Seringkali, cemburu buta juga dipengaruhi oleh persepsi yang salah tentang diri sendiri atau pasangan, dalam hal ini (suami-istri), serta rasa ketakutan berlebihan akan kehilangan orang yang di cintai. Penting untuk diingat bahwa cemburu buta bukanlah tanda dari rasa cinta yang sehat, tetapi lebih merupakan "penyakit" pribadi yang harus diatasi oleh orang yang mengalaminya. Berdialog dengan psikolog salah satu solusinya, proses ini mungkin memerlukan dukungan dari orang terdekat untuk membantu mengatasi akar masalah tersebut.
Cemburu buta banyak menelan korban termasuk pasangan sendiri, istri, anak-anak, keluarga, teman-teman, dan hubungan sosial secara keseluruhan. Pasangan menjadi korban langsung dari perilaku suami yang cemburu buta, mengalami stres, kecemasan, dan ketidaknyamanan karena terus-menerus dipantau atau disalahartikan. Hal ini juga dapat mengganggu hubungan sosial pasangan, menyebabkan pasangan terisolasi dan ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan teman-teman atau keluarga tanpa konflik atau kesulitan. Pada akhirnya, kita serahkan kepada pasangan tersebut, memilih bertahan atau berpisah dalam mengarungi "sakit"nya biduk rumah tangga yang selama ini mereka pupuk bersama.
Mempunyai pasangan hidup pecemburu buta. Tentu tidak nyaman rasanya, menimbulkan keresahan, ketidakamanan dan kecemasan dari anak-anak dan isteri. Suami yang pecemburu buta akan menunjukkan beberapa perilaku yang mencerminkan ketidakamanan dan kecemasan, seperti, selalu memantau aktivitas isteri secara berlebihan, termasuk panggilan telepon, pesan teks, dan media sosial.
Selanjutnyaa, suami pecemburu buta akan selalu berasumsi dan menuduh istri tanpa bukti yang jelas. Menginterogasi isteri secara terus-menerus tentang keberadaan dan siapa yang isterinya temui. Suami pecemburu buta merasa terancam atau marah ketika isteri berinteraksi dengan lawan jenis, bahkan dalam konteks yang tidak bersifat romantis. Memiliki reaksi emosional yang berlebihan atau marah ketika istri mencoba membahas atau menegaskan batasan pribadinya.
Itu tadi beberapa contoh perilaku dari suami yang mengalami kecemburuan buta. Penting untuk diingat bahwa kecemburuan buta tidaklah sehat dan dapat merusak hubungan. Komunikasi terbuka dan upaya bersama untuk memecahkan masalah bisa membantu menangani kecemburuan ini.
Selanjutnya untuk mengatasi kecemburuan buta suami, salah satu caranya bisa memerlukan komunikasi terbuka dan pemahaman yang dalam. Cobalah untuk berbicara dengan lembut: Jelaskan bahwa kepercayaan adalah pondasi hubungan dan bahwa kecemburuan buta tidak sehat.
Lalu, meski mustahil tunjukkan kejujuran tentang perasaanmu dan bagaimana kecemburuan suamimu memengaruhi kehidupan sosial pasangan dan hubungan kekeluargaan.
Kemudian jelaskan bahwa mencurigai terus-menerus tidak sehat dan tidak dapat diterima. Terkait psikologi suami yang labil, minta bantuan ahli
Dukung suami untuk mengatasi ketidakamanannya, tetapi juga tegaskan bahwa kecemburuan buta tidak dapat mengendalikan hubungan suami-istri dan pertemanan. Penting untuk diingat bahwa perubahan mungkin memerlukan waktu dan kesabaran.
Jika situasi tersebut menjadi tidak aman atau tidak sehat bagi pasangan, sebaiknya menghindari suami yang cemburu buta bisa menjadi pilihan utama. Dan tegaskan dengan jelas kepada suami bahwa perilaku cemburu buta tidak dapat diterima.