Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dendam Pribadi, Cemburu Buta dan Cinta

4 Mei 2024   05:48 Diperbarui: 4 Mei 2024   05:57 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Sangkur/Pisau Komando (Dokumen Pribadi)


Peristiwa penusukan berdarah yang nyaris menelan nyawa seseorang terjadi di Ngawi Jawa Timur ini memang sempat viral empat tahun yang lalu, tepatnya tahun 2020. Namun demikian, perbuatan ini jangan sampai berulang lagi.

Seperti yang diberitakan bahwa seorang pria di Ngawi Jawa Timur, Ahmad Mujahidin Muchlis, warga Jalan Perkutut Desa Belukan-Beran, Kecamatan Ngawi, nekat menusuk Budiono, yang tak lain adalah tetangga sekaligus teman seperguruan ini menusuk korban memakai pisau dapur yang dibawa pelaku dari rumah, Minggu (12/4/2020). 

Konon penusukan diduga dendam pribadi, yang dipendam lama oleh pelaku terhadap korban. Akibat penusukan tersebut korban (Budi) menderita luka sobek di bagian perut, dan saksi yang melihat peristiwa itu segera melarikan korban ke sebuah rumah sakit di kota Ngawi.

Namun demikian, perbuatan "konyol" ini jangan sampai berulang. Memang, cemburu terhadap pasangan sangatlah wajar, akan tetapi apabila cemburu buta hingga nyaris menelan korban jiwa, itu bukan cinta, tetapi penyakit. Hal paling tidak diinginkan adalah trauma dari istri dan anak-anaknya sendiri.

Hebatnya, usai melakukan penusukan, Muchlis tidak melarikan diri, tetapi memilih menyerahkan diri ke kantor Polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Selanjutnya pelaku menginap di bui.

Gilanya lagi, bukannya bersimpati, justru pihak keluarga pelaku ini justru menuduh istri pelaku "berselingkuh" sama korban.

Saking hilangnya kepercayaan dari pihak keluarga terhadap istri dari Muchlis (pelaku), ini diminta bersumpah dibawah kitab suci Al Quran.

Lantaran "tuduhan" tersebut hanyalah prasangka belaka. Untuk mementahkan tuduhan tadi, dirinya bersedia melakukan ritual bersumpah dibawah Al Qur'an.

Dari sumber terpercaya yang saya peroleh, penusukan dilandasi rasa cemburu buta kepada korban yang diduga merayu istri pelaku di media sosial. Korban hanya berteman dan mengomentari postingan medsos istri pelaku, tanpa bermaksud menggoda, sebab korban sendiri (Budi) sudah beristri.

Akhirnya, demi kebaikan bersama, maka istri dari pelaku tersebut membekukan/menghapus semua pertemanan di platform berbagai medsos. Termasuk nomor telepon penting ditempatnya bekerja pun dihapus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun