Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sifat Wajib Rasulullah SAW dan Komunitas “Penentang Arus”

3 September 2016   10:30 Diperbarui: 13 September 2016   13:13 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an cukup ampuh untuk melemahkan kekuatan setan. Belum lagi ditambah merdunya tartil tilawatilnya sangat mampu meluluhlantakkan penyimpangan perilaku. Namun seiring perkembangan jaman teknologi kejahatan nafsu birahi selalu membiaskan lantunan ini. Lagu-lagu moderen mendominasi mereka kembali menjajah kemerdekaan hati sanubari anak bangsa dengan budaya kebarat-baratan, membawa kesesatan, berhamburan dimana-mana.

Sangat mudah bahkan gampang kita jumpai perilaku menyimpang disekitar kita, terutama di tempat kerja tidak afdol tanpa kehadiran kaum penjilat versus kaum penentang arus, sudah dipastikan pemenangnya kaum penjilat/bromocorah, tentu hal tersebut menguntungkan para penjilat untuk tebar pesona, akan tetapi merugikan bagi orang-orang atau karyawan/pegawai “penentang arus” ber-Etos kerja, ber-Dedikasi tinggi namun tidak satu visi dan misi, sebab dianggap makar mengacam “kredibilitas” sebagai atasan suatu Organisasi/Lembaga/Instansi untuk melancarkan aksinya.

Guna mempersempit ruang gerak, Aspirasi mereka langsung dimatikan bahkan dibekukan. Bagi penentang arus dunia kerja seperti di neraka, situasinya memang penuh teror tidak kondusif, malah dianggap duri dalam daging. Setidaknya, zaman edan ini etos kerja, dedikasi, idealisme, komitmen, konsistensi masih membutuhkan komunitas “penentang arus” dunia kerja melawan kelicikan komunitas “bromocorah.”

Akan lebih gampang melakukan tindakan kejahatan dari pada kebaikan, antara lain: sombong, merasa paling pandai, riya’, merampok, mencuri, memperkosa, bromocorah/gali, begal, pendendam padahal kita tahu dendam itu sahabat setan, mengancam, korupsi duit negara, sabotase, bully, membunuh, anarki, adu domba, mengamuk tanpa sebab, egois, kapitalis, feodalis, memfitnah, provokator, memonopoli suatu usaha, licik, berkhianat/hipokrit, pokoknya semua komplit, konkrit dan keberadaannya kian melejit.

Itu sebabnya kebaikan manusia di muka bumi relatif omomg kosong, diragukan keikhlasannya alias ada maunya kembali saya selipkan pepatah “tidak ada kawan yang abadi, hanya kepentingan yang abadi” terkecuali suritauladan Nabi Muhammad SAW tidak diragukan keabsahannya, manusia paling suci dimuka bumi, mustahil kita sebagai uamtnya mampu mengikuti perilaku kekasih Allah SWT ini, bisa-bisa malah dianggap Nabi palsu.

Tidak semudah membalik telapak tangan memilih pimpian yang ideal, sebab tidak seperti membeli kucing dalam karung. Kapan salah pilih nahkoda hancurlah kapal yang kita tumpangi. Yang terjadi saat sekarang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu mencari perhatian/cari muka/menjilat pimpinan diatasnya untuk mendapat kursi jabatan. Sedangkan orang-orang yang berkinerja/etos kerja baik justru mendapat perlakuan diskriminasi, kebijakannya justru di pandang sebelah mata, celakanya berlaku hukum “kriminalisasi”.

Sifat Wajib Nabi Muhammad SAW dan sekiranya menjadi bahan pertimbangan penentu kebijakan memilih anak buahnya memegang amanah suatu jabatan, bukan pencitraan pendekataan emosional, kalau itu mah...anak TK juga bisa. Utamakan track record kredibilitas, kapasitas, intelektualitas, elektabilitas mereka.

Memang sangat mustahil menemukan figure memiliki sifat kenabian Bagi dan Umatnya, setidaknya mendekati pun sudah cukup sebagai syarat memimpin suatu Organisasi/Lembaga/Instansi agar bawahannya tidak terus-terusan di kadali.

Dibawah ini sifat wajib dan sifat mustahil yang dimiliki Rasulullah SAW:

Shiddiq

Shiddiq artinya benar. Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya. Sejalan dengan ucapannya. Beda sekali dengan pemimpin sekarang yang kebanyakan hanya retorika, manis dibibir. Perbuatannya berbeda dengan ucapannya. Mustahil Nabi bersifat pembohong/kizzib, dusta, dan sebagainya.

 Q.S. Maryam-19: 41 Artinya: “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.”

Tabligh

Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah yang ditujukan oleh manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski itu menyinggung Nabi.

Q.S. Al-Maidah-5: 67 Artinya: “Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”

Amanah

Amanah artinya bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Karena itulah Nabi Muhammad SAW oleh penduduk Mekkah diberi gelar “Al-Amin” yang artinya terpercaya jauh sebelum beliau diangkat jadi Nabi

Q.S. Asy-Syu’ara/26 106 Artinya: “Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?.

Q.S. Asy-Syu’ara/26 Artinya:.” Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,”

Fathonah

Ketika terjadi suatu perselisihan antara kelompok kabilah di Mekah, setiap kelompok memaksakan kehendaknya masing-masing untuk meletakkan al-Hajar al-Aswad (batu Hitam) diatas Ka’bah, dan Rasulullah SAW, menengahi dengan cara semua kelompok yang berseteru supaya memegang ujung dari kain yang kemudian Nabi meletakkan batu itu ditengahnya, dan mereka semua mengangkat kain tersebut hingga sampai diatas Ka’bah. Sungguh cerdas Rasulullah SAW.

Sedangkan sifat mustahil merupakan sifat yang tidak akan pernah atau tidak mungkin di miliki seorang rasul. Sifat mustahil merupakan lawan dari sifat wajib.

Berikut sifat-sifat Mustahil Rasulullah SAW :

 Al-Kidzib,

Yakni mustahil seorang rasul itu akan bohong atau dusta. Seluruh perkataan dan perbuatan seorang rasul tidak pernah berbohong atau berdusta.

Q.S an-Najm-53: 2-4 Artinya: “Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah yang diucapkan itu (al-Qur’an) menurut keinginannya tidak lain (al-Qur’an) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

Al-Khianah,

Merupakan sifat lawan dari Al-Amanah yang berarti seorang rasul itu khianat. Dan dapat dipastikan seluruh yang diamanatkan kepada rasul akan dilaksanakan.

Q.S Al-An’am-6: 106 Artinya: “Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.”

Al-Kitman,

Merupakan lawan dari sifat Al-Tabligh, yaitu mustahil seorang rasul itu menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang rasul terima dari Allah SWT. Pasti akan disampaikan kepada umatnya.

Q.S. Al-An’am-6: 50 Artinya: “Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya).”

Al-Baladah,

Mustahil seorang rasul itu bodoh. Meskipun Nabi Rasulullah SAW, tidak dapat membaca serta menulis (ummi) tetapi ia sangat pandai.

Q.S Al- A’raf/7: 199 Artinya: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta janganlah pedulikan orang-orang yang bodoh.”

***

Akhlak terpuji Nabi yang berat untuk dijalankan sebagai seseorang yang diberi amanah jabatan setidaknya mendekati Sidiq, Tabligh, Amanah, Fatonah bukan malah menyalahgunakan jabatan tersebut sewenang-wenang, maju tak gentar membala yang bayar.

Orang yang tergoda oleh kekuasaan tidak sungkan menyelewengkan kekuasaan. Akibatnya, ia menjadi penguasa yang korup, kejam, pendendam, arogan sekaligus diktator. Ia menerapkan gaya kepemimpinan sewenang-wenang. Padahal, sebagaimana diketahui, kebanyakan dikatator mengalami akhir hayat yang tragis dan mengenaskan.

Kekurang ajaran dan khilaf itu datangnya dari hamba, sedangkan kebenaran, kebaikan, kesempurnaan mutlak milik Alloh SWT dan Rasulullah SAWnya. 

Wallahu ‘alam bishowab

 

Makassar, 3 September 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun