Setibanya di tempat tujuan, bergegas kami turun menuju MaRi Mall bertepatan dengan jam makan siang, perut pun keroncongan segera kami mencari lokasi tempat makan terdekat. Sang istri merekomendasikan tempat makan siang jaraknya agak jauh dari Mall berhadapan dengan jalan raya Sam Ratulagi dahulunya gedung cinema 21, memaksa kami kudu jalan keluar untuk menuju tempat makan tadi. Sebut saja KFC, siapa yang tidak mengenal Kentucky Fried Chicken (KFC) sebuah waralaba (franchise) ayam goreng identik dengan logo “sosok pak tua berjenggot” paling terkenal diseluruh dunia.
Ma’af sekedar share informasi, tidak bermaksud menggurui. Mungkin sudah banyak orang yang langsung mengenal orang berjenggot yang terdapat pada logo KFC, namun tidak tahu siapa sesungguhnya sosok yang dimaksud? “ia adalah Kolonel Harland Sanders lahir pada 9 september 1890 penemu resep asli KFC pada usia 65 tahun aktif bisnis ayam, hingga kini usahanya dikenal Kentucky Fried Chicken (KFC). Outletnya jumlahnya puluhan ribu bahkan jutaan yang semuanya tersebar diseluruh penjuru dunia, memiliki omset terbesar, tempat makan cepat saji khas Amerika pilihan istri.
Makanan cepat saji melalui petugas menggunakan sistem take away (bayar di tempat bawa, makan lantas pulang). Belum cukup sampai disitu kekaguman saya akan kebersihan tempat makan ini, selain desainnya modern dengan segala fasilitas serba istimewa, tempat makan (KFC) telah menggunakan kran air ramah lingkungan dengan memakai sistem sensor guna menghemat air, cara kerja kran sangat simple, ketika ingin membasuh tangan setelah selesai makan tepat dibawah kran, maka sensor akan mengalirkan air, tangan kita angkat/tarik otomatis dengan sendirinya kran air mati, canggih kan? Secara tersirat maupun tersurat kran ini telah menohok diri saya, memberi kesan gunakan air seperlunya alias “HEMAT AIR” tanpa banyak komentar, tapi bukti.
Kami pun bertanya kepada petugas agar jangan berputar-putar terlalu lama, atas petunjuk petugas halte BRT kami menempuh alternatif terlebih dahulu menggunakan angkot/mikrolet jarak dekat jurusan Karlink (Karebosi Link)-Sentral, kami akhirnya mengambil angkot lantas turun di Halte Karlink, dan menunggu BRT yang datang melanjutkan perjalanan dari Karlink ke MP.
Dari halte MP berganti bus melanjutkan perjalanan menggunakan BRT koridor 3 rute sudiang-bandara, menuju perjalanan pulang. Keterbatasan armada merupakan kendala paling penting, sehingga perlu waktu agak lama dalam menunggu bus rute sudiang-bandara.
Kami tiba dengan selamat. Sebuah pengalaman yang cukup menyenangkan sekaligus memusingkan. Semoga kedepannya akan dibangun lebih banyak halte serta armada BRT demi menjangkau segala rute, memenuhi pelayanan prima terhadap masyarakat perkotaan, di mana masyarakat kota awalnya “gengsi” naik bus, karena memiliki kendaraan pribadi maupun kendaraan dinas perlahan beralih “mau” naik BRT, harga tiket murah, dan bisa juga semakin dekat dengan sesama penumpang selama dalam perjalanan hingga sampai dengan selamat kembali di rumah.
Sekarang!!! Ayo simpan kendaraan pribadi/dinas kalian di rumah maupun kantor, atau tempat-tempat parkir yang disediakan pemerintah kota setempat dan mulai beralih menggunakan BRT guna membantu mengurangi kemacetan.
Apakah anda punya nyali untuk mencobanya?
Makassar, 6 Februari 2016