Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terhormat Manakah, Plagiat atau Koruptor?

13 Agustus 2015   18:09 Diperbarui: 13 Agustus 2015   18:18 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa alasan pemicu plagiat diantaranya :

  1. Terbatasnya waktu untuk menyelesaikan karya tulis yg merupakan beban tanggungjawabnya sehingga copy paste karya orang lain termasuk opini saya ini.
  2. Masih rendahnya minat baca ditengah serbuan smartfone/gatdget canggih.
  3. Menjamurnya jasa pengetikan karya tulis memudahkan penyelesaian tepat waktu, urusan plagiat tanggungjawab client, urusan perut tak pandang bulu, ada uang tentu ada jasa. Hari gini mah, tidak ada yang GRATIS !!!!!!!!!!!!!!.
  4. Googling.

Apapun alasan melakukan tindakan meniru bukanlah suatu pembenaran. Saya tidak akan membahasnya terlalu mendetail, sudash terlalu banyak pakar analisa plagiat, serahkan saja sama ahlinya.

Tumpang tindihnya regulasi punishmen penyudutan plagiat berorientasi “uang” tak menyurutkan nyali orang menempuh tugas tepat pada waktunya. Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga, tak mudah menumpas plagiat, karena selama ini kader-kader emas bangsa terpatri pada tindakan kriminal, prostitusi, narkoba, tindakan radikalisme dan seterusnya.

Penyelewangan koruptor kakap turut andil menambah kemiskinan sehingga bukan rahasia lagi tindakan bunuh diri pilihan “suci” mengakhiri kesewenang-wenangan hidup seolah tak mau pergi dari negeri ini.

Ketidak normalan jaman seprtinya melakukan pengutipan dalam dunia pendidikan bukanlah hal tabu, dimana koruptor merupakan legalitas tertinggi mendapatkan legitimasi berbentuk lembaran kertas bercap LULUS dari dunia pendidikan.

Peraturan dibuat tak merubah apapun terhadap plagiat. Asal anda pejabat hebat pasti lolos dari jerat. Saya percaya, indonesia mempunyai keadilan karena negara ini adalah negara hukum. Akan tetapi terkadang hukum di indonesia tajam ke bawah tumpul keatas, selalu ada saja pejabat "karbitan" sudah merasa memiliki negara, memangnya negara ini milik nenek moyang loh!!!.

Sebuah pertanyaan besar selalu berkecamuk dalam benak, terhormat mana Plagiat atau Koruptor?


Makassar, 13 Agustus 2015

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun