Sepertinya semua hanya fantasi tingkat tinggi, dibutuhkan keberanian serta donatur kakap untuk merealisasikan gagasan tersebut. Tujuannya membina generasi muda menjadi plagiat yang baik dan benar tanpa ada pihak tergugat maupun digugat dan semua hasilnya di sumbangkan buat rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, selebihnya buat operasional karyawan dan perbaikan bumi. Sehingga menuju masa depan lebih kreatif, inovatif, produktif, proaktif dan peduli lingkungan.
Bahkan segala bentuk plagiat yang dapat dipertanggung jawabkan dengan senang hati akan saya layani.
Ketika hukum rimba memihak terhadap hal-hal aneh dan tidak strategis akan menuai “sentimen negatif”. Sebaliknya ketika menguntungkan tanpa canggung dilindungi mati-matian demi sebuah “untung”.. Mega Mind merupakan pusat plagiatisme terbesar di indonesia yang ingin saya wujudkan, meski menuai pro dan kontra dari kalangan terpelajar, hal tersebut sudah saya prediksi sebelumnya, tidak akan mendapatkan legitimasi dari pemerintah.
Ide-ide cemerlang seperti ini hanya bisa terwujud di dunia teletubbies. Plagiatisme akan sukses jika ada campur tangan, garis tangan, dan dibalik tangan (uang sogok) dalam memuluskan sebuah rencana miskin peminat.
Plagiat merupakan prestasi yang “malu-malu” diakui dunia internasional, bahwa plagiat tidak semuanya berkonotasi buruk. Lah wong !!! koruptor kakap saja menemukan kenyamanan, masak plagiator tidak bisa, kan sama-sama maling yang membedakan satu kakap satunya teri.
Animo masyarakat kita terhadap minat baca rendah disebabkan peraturan tumpang tindih, maka secara tidak langsung mengajari masyarakat pada sistem “tumpang tindih”.
Andai peraturan membela profesi berupa karya seni tentu bangsa ini kaya informasi publik orisinil. Dahulu indonesia paling disegani bahkan sebagai ajang pusat study negara tetangga. Akhir-akhir ini negeri kita jauh terpuruk dalam limbah kriminalitas.
Banyaknya manusia-manusia cerdas yang berkeliaran hanya bisa memberi solusi tanpa realisasi, bukankah lebih baik sedikit solusi tapi banyak realisasi dari pada banyak solusi tetapi tidak ada realisasi, sehingga daya dukung dan daya tampung masyarakat kian MENGUATIRKAN.
Menulis, saya ibaratkan ngomong, konsonan vokalnya tak selalu realistis, ungkapannya terkadang ceplas-ceplos kalaupun ada kemiripan bukanlah suatu unsur kesengajaan. Tak ada salahnya mengakui penggiat Plagiat, Hasrat terkuat saya ingin menorehkan Rekor Muri dari bapak Jaya Suprana sebagai pengakuan jujur plagiat kakap, koruptor saja mendapat tempat tersendiri di mata hukum, seharusnya plagiat juga mendapat perlakuan “emas”.
Proyek Mega Mind Plagiat akan menuai hujatan, makian, cibiran dari para pakar pendidikan, dikatakan kejahatan “intelektualitas”, faktanya belum terekspose besar-besaran seperti kejahatan koruptor yang memang dampak kerugian materialnya begitu mencemaskan harkat dan martabat bangsa dan negara.
Gelar Master copy paste (Msc) tentu sangat menodai wajah pendidikan, seperti halnya mencuri sandal jepit usai sholat jum'at, tentulah mencoreng moreng, dalam kondisi the power of kepepet tindakan tersebut dihalalkan.