Mohon tunggu...
Pipin Piniman
Pipin Piniman Mohon Tunggu... Guru - Guru SMKN 1 Rancah Kabupaten Ciamis

Dilahirkan Tuhan sebagai manusia di bumi, sama seperti manusia lain, ia cenderung bahagia dan polos saat anak-anak, lalu penuh kepura-puraan ketika dewasa. Dalam personality test gratisan ia seorang INFJ-T, 69% cenderung introvert, senang duduk di tempat yang tidak terlalu ramai lalu meramaikan diri dengan tanya jawab diri ke dirinya sendiri, beberapa hasil tanya jawab tersebut ditulis dalam catatan kecil berupa celotehan yang diketik dengan kedua jari telunjuknya di keyboard, lalu dititipkan di IG, Whatpadd, Kompasiana maupun Wordpress pribadinya, beberapa lagi dihimpun dalam buku yang diterbitkan berjudul "Celoteh Dua Jari: Karena Hidup adalah Kumpulan Catatan" dan tulisan antologi dalam buku berjudul "Bisikan Sayang Untuk Buah Hati".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Dwi Mingguan Ke-7 Modul 2.3. Coaching Untuk Supervisi Akademik

28 September 2024   14:01 Diperbarui: 28 September 2024   14:02 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam Guru Penggerak.

Alhamdulillah perjalanan belajar saya pada Pendidikan Guru Penggerak di angkatan 11 ini sudah memasuki modul 2.3, meski tahapan belajar modul 2.3 pada saat jurnal ini dibuat baru sampai pada tahap Ruang Kolaborasi.

Modul 2.3 yang saya pelajari berisi materi tentang keterampilan coaching yang digunakan dalam supervisi akademik, sebagaimana kita pahami bersama bahwa rangkaian supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah bertujuan mendorong tumbuhnya ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya. Lantas ketika muncul pertanyaan menggunakan metode apa agar supervisi yang dilakukan betul-betul berorientasi pada tumbuhnya ruang perbaikan dan pengembangan diri serta dapat membuka potensi guru secara optimal? 

Dalam modul ini saya belajar beberapa definisi metode pengembangan diri antara lain mentoring, konseling, fasilitasi, training dan coaching. Meski menurut saya agak tipis perbedaan masing-masing metode tersebut, tetapi saya menemukan substansi yang baik diantaranya, memang setiap metode memiliki sisi baik tergantung kondisi apa yang diinginkan dalam pengembangan diri, tetapi pada modul ini kami belajar lebih terfokus untuk memahami konsep coaching yang dapat digunakan dalam proses supervisi akademik.

Ada tiga prinsip coaching yang menurut saya sangat mendukung pengembangan diri baik antara guru dan murid, antara guru dan rekan sejawat, maupun antara kepala sekolah dan guru, 1) kemitraan; kemitraan menposisikan diri setara antara coach dan coachee, ruang diskusi yang tercipta tidak menciptakan ada yang posisi lebih tinggi maupun rendah, coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri dan coach adalah rekan berpikir bagi coachee. 

2) proses kreatif; coaching dilakukan dua arah, coach mendengarkan coachee, lalu di satu waktu coach melontarkan pertanyaan yang membuat coachee dapat menyadari posisi dirinya lalu kemudian dapat menemukan langkah-langkah yang perlu dilakukan secara mandiri, kondisi ini tentu memicu tumbuhnya pemikiran-pemikiran kreatif dalam proses coaching. 3) memaksimalkan potensi; sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa coaching pada dasarnya membuka dan memaksimalkan potensi yang ada pada diri coachee, bahwa percakapan dalam coaching memberdayakan serta menentukan langkah yang paling mungkin dilakukan coachee dengan potensi keberhasilan yang paling baik dalam mengatasi permasalahan yang dibahas.

Selain prinsip coaching, dalam materi ini yang menarik bagi saya adalah mempelajari kompetensi coaching, ada empat kompetensi yang harus dipelajari lalu ditingkatkan untuk menciptakan coaching yang baik, keempat kompetensi itu adalah 1) kehadiran penuh / presence, yaitu coach hadir secara utuh, dimana badan, pikiran, hati selaras hadir penuh dalam situasi coaching yang sedang berlangsung. 2) Mendengarkan aktif, yaitu kompetensi dalam mendengarkan sekaligus menyimak apa yang disampaikan coachee, sehingga coach dapat mengerti atau memahami makna yang menjadi maksud coachee bahkan sampai pada hal yang tidak diucapkan oleh coachee.

 3) Mengajukan pertanyaan berbobot, pertanyaan yang diajukan coach dapat menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi. Dan kompetensi yang ke 4) mendengarkan dengan RASA, RASA adalah akronim proses yang dilakukan saat kita ingin mendengarkan aktif serta supaya dapat membuat pertanyaan berbobot, yaitu Receive: terima informasi dengan baik dan temukan kata kunci. Appreciate: beri apresiasi positif, merespon, memberi tanda bahwa kita mendengarkan. Summarize: rangkum pembicaraan coache. Lalu Ask: ajukan pertanyaan kepada coachee.

Terakhir yang saya rasa penting untuk saya tulis dalam pembuka jurnal ini adalah alur TIRTA yang dapat digunakan sebagai pemandu kegiatan coaching agar berjalan baik dan berhasil, TIRTA adalah akronim dari empat tahap alur percakapan yaitu menentukan Tujuan dimana coach dan coachee mendefinisikan tujuan yang ingin dicapai dalam percakapan coaching, meng-Identifikasi masalah yang sedang menjadi topik pembahasan, me-Rencanakan alternatif tindakan serta memilih tindakan yang memiliki potensi terbaik dan terjangkau, serta berkomitmen dalam Tanggung jawab untuk merealisasikan rencana yang sudah dibahas.

Sebagai jurnal refleksi dwi mingguan, berikut saya uraikan jurnal refleksi dwi mingguan ke tujuh sebagaimana berikut:

PERISTIWA/FACT

Di hari pertama alur dua minggu ini saya melaksanakan lokakarya ke 3, saya bersama pengajar praktik dan rekan CGP belajar mempraktikan dan memperdalam pengetahuan tentang modul 2.1 dan modul 2.2 yakni pembelajaran berdiferensiasi, mindfulness dan pembelajaran sosial emosional, banyak hal menarik dan penting yang saya dapatkan dari lokakarya tersebut, menambah pembendaharaan saya melakukan pembelajaran yang lebih baik di dalam kelas.

Setelah menyelesaikan tahapan aksi nyata modul 2.2 saya bersama rekan CGP mulai masuk pembelajaran modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik, kegiatan diawali dengan tahap mulai dari diri, saya dituntut menjawab beberapa pertanyaan reflektif terkait supervisi akademik dan pengembangan kompetensi diri, saya menguraikan pengalaman observasi kepala sekolah yang saya pernah alami dalam bertugas sebagai guru.

Kegiatan saya lanjutkan pada tahap eksplorasi konsep, pada tahap ini saya mempelajari konsep umum coaching serta konsep coaching dalam konteks pendidikan, paradigma berpikir dan prinsip coaching, Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching, serta supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching. Kegiatan dalam eksplorasi konsep saya lakukan dengan mempelajari modul mandiri, mempelajari contoh-contoh video coaching, menjawab pertanyaan-pertanyaan eksplorasi konsep serta diskusi mandiri bersama rekan CGP lain.

Tahap selanjutnya adalah ruang kolaborasi, saya dan kelompok (Ibu Pebi Dinastriani) mempraktikan dua praktik coaching dengan memerankan diri sebagai coachee pada praktik pertama serta berperan sebagai coach pada praktik kedua, saat jurnal ini dibuat saya telah mengupload tugas ruang kolaborasi tersebut pada youtube pribadi serta mengirimkan linknya pada LMS pendidikan guru penggerak.

Tahapan selanjutnya yakni demontrasi kontekstual, elaborasi, koneksi antar materi serta aksi nyata masih dalam proses pengerjaan sesuai jadwal masing-masing.

PERASAAN/FELING

Mempelajari paradigma coaching dalam supervisi akademik adalah hal baru bagi saya sebagai seorang guru, banyak pengalaman baik yang saya dapatkan selama belajar khususnya tentang bagaimana saya bersikap dalam memaksimalkan potensi serta memberdayakan orang lain (murid dan rekan sejawat) ketika melaksanakan pengembangan kompetensi (melalui supervisi akademik). Selain sebagai coach saya mempelajari hal-hal baik dalam peran sebagai coachee, dimana sebenarnya setiap orang dengan permasalahan apapun memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya masing-masing dengan baik secara mandiri melalui bantuan percakapan coach yang mengarahkan/membuka potensi dirinya.

Saya merasa sangat senang meski di awal memang terasa berat mengingat materi yang ada pada eksplorasi konsep sangat banyak dan memerlukan perhatian yang ekstra untuk memahaminya di tengah padatnya tugas kegiatan di sekolah, perlu waktu untuk paham dan mengerti isi dari modul 2.3, tetapi berkat bimbingan dari fasilitator kami (Ibu Hj. Ela Nurlaela) dan pengajar praktik kami (Ibu Elis Lisnawati) dan tentu kolaborasi yang sangat baik diantara sesama kelompok kelas 055 angkatan 11, perlahan saya memahami paradigma tersebut dan belajar mempraktikan coaching dalam keseharian.

PEMBELAJARAN/FINDING

Melalui pembelajaran modul 2.3, ada banyak hal yang saya pelajari, beberapa yang menurut saya menarik adalah:

  • Bahwa setiap orang memiliki potensi diri yang sangat baik, hanya perlu rekan untuk membuka atau mengarahkan potensi tersebut dalam menghadapi permasalahan keseharian
  • Bahwa dalam coaching, kita itu mitra yang setara, tidak ada posisi siapa lebih tinggi atau lebih rendah, mitra selalu saling percaya dan kepercayaan akan membuat nyaman. Kondisi ini yang memungkinkan tumbuhnya pemikiran kreatif serta terbukanya potensi optimal seseorang, hal ini sebagaimana pelajaran yang saya dapat dalam konteks prinsip coaching.
  • Bahwa untuk memaksimalkan upaya coaching, sebagai coach kita harus hadir secara penuh, mendengarkan aktif, dapat mengajukan pertanyaan berbobot. Dan sebagai upaya untuk mendengarkan aktif serta bahan mengajukan perrtanyaan berbobot kita harus mendengarkan dengan RASA, hal ini sebagaimana yang saya pelajari dalam konteks kompetensi coaching
  • Bahwa alur percakapan coaching terdiri dari menetapkan tujuan, mengidentifikasi masalah, merencanakan tindak lanjut serta bertanggung jawab pada pilihan rencana, hal ini sebagaimana yang saya pelajari dalam konteks alur percakapan TIRTA.
  • Saya juga belajar bahwa coaching tidak hanya berlaku dari kepala sekolah kepada guru, melainkan bisa berlaku antar guru, maupun antara guru dengan murid. Coaching bisa dilakukan untuk masalah besar dan rumit atau terkait masalah sehari-hari yang sederhana dan ditemukan dalam aktifitas sekolah harian.

PENERAPAN KE DEPAN/FUTURE

Berdasar pemahaman-pemahaman tersebut, hal yang dapat saya lakukan setelah memahami materi coaching untuk supervisi akademik ini adalah.

  • Menyadari bahwa ketika ada rekan mengajak diskusi (coaching) dapat menahan diri untuk berpikir bahwa saya lebih tahu atau memiliki pengalaman lebih, saya akan berusaha untuk menghindari melabeli orang, memiliki asumsi serta mengasosiasi dengan pengalaman sendiri. Saya akan selalu berpikir setiap orang memiliki kompetensi dan potensi masing-masing yang hebat.
  • Menerapkan alur TIRTA pada proses coaching dengan murid saya
  • Berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam implementasi coaching dalam supervisi akademik
  • Melakukan refleksi dan umpan balik demi perbaikan pemahaman dan praktik saya dalam coaching

Hal sederhana ini semoga dapat meningkatkan kompetensi saya secara pribadi dalam upaya menjadi guru yang dapat memberdayakan murid khususnya dan rekan sejawat umumnya. Memberdayakan murid ini tentu dalam upaya menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid, menggali keunikan kodrat murid serta menuju pencapaian kesejahteraan psikologi murid (well-being) sekarang dan di masa depan. Salam bapak/ibu guru penggerak di seluruh Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun