PERISTIWA/FACT
Di hari pertama alur dua minggu ini saya melaksanakan lokakarya ke 3, saya bersama pengajar praktik dan rekan CGP belajar mempraktikan dan memperdalam pengetahuan tentang modul 2.1 dan modul 2.2 yakni pembelajaran berdiferensiasi, mindfulness dan pembelajaran sosial emosional, banyak hal menarik dan penting yang saya dapatkan dari lokakarya tersebut, menambah pembendaharaan saya melakukan pembelajaran yang lebih baik di dalam kelas.
Setelah menyelesaikan tahapan aksi nyata modul 2.2 saya bersama rekan CGP mulai masuk pembelajaran modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik, kegiatan diawali dengan tahap mulai dari diri, saya dituntut menjawab beberapa pertanyaan reflektif terkait supervisi akademik dan pengembangan kompetensi diri, saya menguraikan pengalaman observasi kepala sekolah yang saya pernah alami dalam bertugas sebagai guru.
Kegiatan saya lanjutkan pada tahap eksplorasi konsep, pada tahap ini saya mempelajari konsep umum coaching serta konsep coaching dalam konteks pendidikan, paradigma berpikir dan prinsip coaching, Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching, serta supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching. Kegiatan dalam eksplorasi konsep saya lakukan dengan mempelajari modul mandiri, mempelajari contoh-contoh video coaching, menjawab pertanyaan-pertanyaan eksplorasi konsep serta diskusi mandiri bersama rekan CGP lain.
Tahap selanjutnya adalah ruang kolaborasi, saya dan kelompok (Ibu Pebi Dinastriani) mempraktikan dua praktik coaching dengan memerankan diri sebagai coachee pada praktik pertama serta berperan sebagai coach pada praktik kedua, saat jurnal ini dibuat saya telah mengupload tugas ruang kolaborasi tersebut pada youtube pribadi serta mengirimkan linknya pada LMS pendidikan guru penggerak.
Tahapan selanjutnya yakni demontrasi kontekstual, elaborasi, koneksi antar materi serta aksi nyata masih dalam proses pengerjaan sesuai jadwal masing-masing.
PERASAAN/FELING
Mempelajari paradigma coaching dalam supervisi akademik adalah hal baru bagi saya sebagai seorang guru, banyak pengalaman baik yang saya dapatkan selama belajar khususnya tentang bagaimana saya bersikap dalam memaksimalkan potensi serta memberdayakan orang lain (murid dan rekan sejawat) ketika melaksanakan pengembangan kompetensi (melalui supervisi akademik). Selain sebagai coach saya mempelajari hal-hal baik dalam peran sebagai coachee, dimana sebenarnya setiap orang dengan permasalahan apapun memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya masing-masing dengan baik secara mandiri melalui bantuan percakapan coach yang mengarahkan/membuka potensi dirinya.
Saya merasa sangat senang meski di awal memang terasa berat mengingat materi yang ada pada eksplorasi konsep sangat banyak dan memerlukan perhatian yang ekstra untuk memahaminya di tengah padatnya tugas kegiatan di sekolah, perlu waktu untuk paham dan mengerti isi dari modul 2.3, tetapi berkat bimbingan dari fasilitator kami (Ibu Hj. Ela Nurlaela) dan pengajar praktik kami (Ibu Elis Lisnawati) dan tentu kolaborasi yang sangat baik diantara sesama kelompok kelas 055 angkatan 11, perlahan saya memahami paradigma tersebut dan belajar mempraktikan coaching dalam keseharian.
PEMBELAJARAN/FINDING
Melalui pembelajaran modul 2.3, ada banyak hal yang saya pelajari, beberapa yang menurut saya menarik adalah:
- Bahwa setiap orang memiliki potensi diri yang sangat baik, hanya perlu rekan untuk membuka atau mengarahkan potensi tersebut dalam menghadapi permasalahan keseharian
- Bahwa dalam coaching, kita itu mitra yang setara, tidak ada posisi siapa lebih tinggi atau lebih rendah, mitra selalu saling percaya dan kepercayaan akan membuat nyaman. Kondisi ini yang memungkinkan tumbuhnya pemikiran kreatif serta terbukanya potensi optimal seseorang, hal ini sebagaimana pelajaran yang saya dapat dalam konteks prinsip coaching.
- Bahwa untuk memaksimalkan upaya coaching, sebagai coach kita harus hadir secara penuh, mendengarkan aktif, dapat mengajukan pertanyaan berbobot. Dan sebagai upaya untuk mendengarkan aktif serta bahan mengajukan perrtanyaan berbobot kita harus mendengarkan dengan RASA, hal ini sebagaimana yang saya pelajari dalam konteks kompetensi coaching
- Bahwa alur percakapan coaching terdiri dari menetapkan tujuan, mengidentifikasi masalah, merencanakan tindak lanjut serta bertanggung jawab pada pilihan rencana, hal ini sebagaimana yang saya pelajari dalam konteks alur percakapan TIRTA.
- Saya juga belajar bahwa coaching tidak hanya berlaku dari kepala sekolah kepada guru, melainkan bisa berlaku antar guru, maupun antara guru dengan murid. Coaching bisa dilakukan untuk masalah besar dan rumit atau terkait masalah sehari-hari yang sederhana dan ditemukan dalam aktifitas sekolah harian.