Mohon tunggu...
Pipin Piniman
Pipin Piniman Mohon Tunggu... Guru - Guru SMKN 1 Rancah Kabupaten Ciamis

Tidak ada yang spesial dengan saya, saya hanya berusaha selalu menjadi seorang pemelajar dan pembelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Guru dan Falsafah Pengendalian

14 Agustus 2024   22:39 Diperbarui: 15 Agustus 2024   09:08 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngagurat batu (menulis di atas batu) adalah falsafah kesaktian, yakni kuatnya keyakinan dan prinsip, bagi guru yang mampu memerankan kelompok ratu, maka guru harus memiliki ketegasan dalam menjalankan nilai kebajikan, penuntunan pada laku murid memerlukan ketegasan yang tidak bias dan ambigu, guru harus mampu memisahkan mana benar mana salah, mana hak mana batil, mana bermanfaat mana merugikan, keyakinan yang tidak abu-abu dalam menjalan peran sebagai guru membuat murid juga meyakini tindakan atau laku yang sedang ia tempuh di dalam kelas.

Rama harus mampu “ngagurat taneuh”

Ngagurat taneuh (menulis di atas tanah) adalah falsafah memberi arah, guru yang mampu ngagurat taneuh dapat memberi arah kemana murid harus berjalan, tentu syarat memberi arah adalah guru jangan mengarahkan murid ke jalan yang salah yang memungkinkan murid menjauhi tujuan hidupnya. Dalam konteks jalan, tentu kita pahami bersama tak ada jalan kehidupan yang mudah dan mulus, semua jalan memiliki hambatan dan tantangan yang beragam, di posisi ngagurat taneuh guru harus mampu mengarahkan murid untuk dapat melalui jalan dengan kompleksitas tantangan yang dapat dilalui sesuai kapasitas dan kemampuan murid, sekaligus dapat menguatkan kapasitas kemampuan murid untuk menghadapi tantangan yang ditemui selama perjalanan, saya kira keduanya merupakan bagian dari memberikan arah pada murid.

Resi harus mampu “ngagurat cai”

Ngagurat cai (menulis di atas air) adalah falsafah kebijaksanaan seorang resi dalam menghadapi masalah, ketika kita ngagurat cai, maka kita tidak akan meninggalkan bekas sekecil apapun pada air. Filosofis ini jika dikaikan dengan guru, maka guru harus mampu menyelesaikan masalah tanpa meninggalkan jejak masalah, kearifan dan kebijaksanaan seorang guru sangat dibutuhkan murid dalam berbagai masalah yang dihadapi murid. Ketuntasan tanpa jejak dan tanpa melukai, ketuntasan masalah yang tidak menimbulkan masalah yang lain.

Guru dan Falsafah Pengendalian dalam Islam

Terakhir saya akan membahas nilai luhur falsafah ajaran islam, saya merasa intisari tertinggi dari pengendalian seorang manusia sehebat apapun manusia bukan dalam kapasitas mampu mengendalikan faktor eksternal (unsur alam), tetapi pengendalian tertinggi manusia adalah pengendalian diri sendiri, Pengendalian diri adalah bagian penting dari hakikat beragama. Dalam Islam, ada aturan kepada para pemeluknya untuk “mengendalikan diri” agar perilaku pemeluk islam sesuai dengan aturan islam. Islam, bahkan secara umum semua agama, berupaya menciptakan tatanan kebaikan. Dalam Islam, tatanan aturan tersebut terejawantahkan dalam perintah dan larangan (dalam hal detail  terbagi lagi dalam sunat, mubah dan lainnya). Banyak hadist nabi tentang perintah pengendalian diri, secara detail saya tidak menjelaskannya pada tulisan ini, tetapi izinkan saya setuju pada konsep islam yang diajarkan Rasulullah, bahwa tidak dikatakan kuat orang yang selalu menang dalam pertempuran atau pertarungan, mereka yang dikatakan kuat adalah mereka yang mampu mengendalikan dirinya. 

Sejalan dengan falsafah ini, tentu guru yang kuat dan hebat adalah guru yang mampu mengendalikan diri dalam berbagai situasi yang ditemui selama interaksinya bersama murid, guru yang mampu memposisikan kepentingan diri dan kepentingan murid, guru yang mampu bertindak dan berprilaku sesuai keyakinan dan nilai-nilai kebajikan, saya percaya bahwa guru yang memiliki pengendalian diri yang hebat, akan melahirkan murid dengan pengendalian yang hebat, atau meminjam istilah Ki Hadjar Dewantara pada awal tulisan di atas, guru yang memiliki pengendalian diri yang hebat akan melahirkan “murid yang merdeka”.

Saya kira keempat falsafah tersebut sangat penting dan relevan dengan tugas kita sebagai guru, menjadi guru yang baik adalah berupaya untuk 1) sekuat avatar, 2) menguasai hastabrata, 3) mampu menjadi ratu, rama dan resi, dan 4) mampu mengendalikan diri sesuai ajaran islam. Semoga kita diberikan kekuatan dan kemampuan oleh Tuhan, salam bapak dan ibu guru hebat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun