"Kami hanya penjaga sumbu" walau kelihatannya terus terapung dipermukaan karena mustahil pelita diletakan dibawah tempat tidur padalah terangnya harus bercahaya diseluruh ruangan.
"Kami hanya penjaga sumbu" yang harus terus berharap akan kepastian hari esok. "Kami hanya penjaga sumbu" yang senantiasa bersuara dalam diam tanpa kata. "Kami hanya penjaga sumbu" yang mengikat persahabatan dengan binar dan bercak cahaya.
Itu mungkin fatamorgana namun kami bercahaya.
"Kami hanya penjaga sumbu" yang tak pernah takluk dalam terpaan angin dan gelora gelombang. "Kami hanya penjaga sumbu" yang takkan redup dibawah hawa sejuk kepalsuan. "Kami hanya penjaga sumbu" yang bukan hanya mengumbar janji atau terpaku dalam keisengan cerita tapi komitmen konkret.
Inilah sumbu kebersamaan. Sumbu persahabatan. Sumbu kasih.
Sebab perkara sumbu bukan soal perkara "satu benang" tetapi ikatan terpadu rukun dan erat dari "sekian benang" untuk melahirkan satu nyala terang bagi diri dan yang lain.
Sumbu itu adalah kami.
Walau dalam perjalanan yang terlihat keruh oleh serpihan bara yang terendam mati menghitam dalam cerita hidup namun takkan membelokan gerak batin menuju cita-cita.
Dengan kelam itu mendidik kami itu untuk merasa bahwa hitam bukan noda tetapi batu loncatan yang memurnikan perjuangan, harapan lagi cita-cita.
Akhirnya,Valentine Day adalah perkara persahabatan. Suatu perayaan kebersamaan. Thomas Aquinas berujar, persahabatan adalah hal yang paling berharga yang melebihi apapun di dunia ini. Beginilah kata-kata tiap kami tentang Valentine Day: "aku mencintai kamu"