Mohon tunggu...
Viator Henry Pio
Viator Henry Pio Mohon Tunggu... Freelancer - Fakta : Proyek Agung Pikiran dan Kata

Start by doing what's necessary; then do what's possible; and suddenly you are doing the impossible

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkara Sumbu dan "Kami" dalam Utopia Valentine Day, Miris!

13 Februari 2022   11:55 Diperbarui: 13 Februari 2022   12:12 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami hanya berpijak kaki pada lantai kasar seirama nada rasa yang tak karuan.

Kami hanya mendengar nyanyian senduh yang selalu memaksa kami tuk berbalik pada kesakitan kemarin.

Luka kami pun semakin menganga, parah bahkan deruhnya mewarnai keharusan bahagia hari ini.

Kami hanya berkaroke, bertik-tok, sekedar mengelabui situasi kesenduhan yang berdiam di penghujung nubari. Ini dingin dan semakin keram.

Kami bers-selfie untuk menyembunyikan kekakuan wajah-wajah kering ini.

Kami hanya bernyanyi tetapi bukan penyanyi otentik yang menunjukkan kebolehannya.

Bodohnya lagi suara kami harus didengar begitu nyaring oleh penjaga malam.

Bodohnya suara kami harus mengusik kenyaman hati dan telinga pertiwi sehingga orang menyebut kami orang yang haus dengan bahagia.

Kami harus makan dari piring plastik kehampaan dan mimun dari gelas kekecewaan yang tak berbentuk.

Bodohnya karena ekspresi kekeraman ini harus diungkapkan. Kepalsuan ini harus digemakan.

Mengapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun