Mohon tunggu...
Viator Henry Pio
Viator Henry Pio Mohon Tunggu... Freelancer - Fakta : Proyek Agung Pikiran dan Kata

Start by doing what's necessary; then do what's possible; and suddenly you are doing the impossible

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

JNE, Solusi Humanis Melukis Bahagia

31 Desember 2020   20:32 Diperbarui: 28 April 2021   11:53 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dari jne.co.id yang dimodifikasi (koleksi pribadi)

Tentu itu bukan keinginan kita sebagai manusia. Jalan kita adalah  menyambung kemanusiaan. Berawal dari kesadaran diri untuk berbagi dan bersolider dalam upaya menyulam kebahagiaan untuk semua.

Karena kebahagiaan itu abstrak dan bisa ditelusuri dari berbagai aspek maka sebaiknya kita konkretkan dalam narasi sehingga lebih mudah dipahami dan dimaknai dalam hidup harian kita.

Untuk berlibur dimasa yang penuh kejanggalan dan ketidakpastian ini bukanlah perkara mudah. Hal ini saya alami. Walau saya sudah memenuhi aturan kesehatan yang berlaku di masa pendemi namun perasaan takut dan cemas tetap saja menggandrungi batin.

Tetapi karena rasa penasaran yang kian dalam saya memberanikan diri untuk berlibur bersama keluarga di Maumere dalam tahun 2020 ini. Saya ingin selain melepas dahaga kerinduan tetapi juga melihat dengan mata kepala sendiri kondisi hidup mereka.

Saya ingin melihat seberapa mampu mereka berdiri dan bertahan hidup di tempat pengungisan akibat meletusnya Rokatenda sejak beberapa tahun lalu dan kini tertimpa pandemi virus corona.

Saya berhasrat bahwa kalau memang disana bergelimang bahagia saya ingin senyum, kalau disana dicekam penderitaan saya ingin ikut menangis, kalau ada suara seruan minta tolong yang tak nyaring terdengar saya ingin mengeraskanya.

Saya ingat betul saat itu, kala duduk sambil bercerita menikmati kopi pagi di rumah, datanglah seorang ibu tua menghampiri sambil memeluk beberapa helai sarung hasil tenunannya. Tanpa basa-basi ibu itu menyapa kami dan langsung mengutarakan maksudnya.

Dengan nada yang kelu, kata ibu itu; adikmu (anaknya) harus membayar uang kuliah semester ini. Sambil menunjukan sarung-sarung itu, ibu itu melanjutkan bahwa ia belum bisa membayarnya karena sarung-sarung itu belum laku.

Sakit rasanya mendengar keluhan ibu itu. Namun saya tetap membuat situasi menjadi lebih ceria dengan guyonan-guyonan kecil. Melihat mereka tertawa, saya berpikir keras bagaimana menjual sarung-sarung ini.

Sarung-sarung yang akan dikirim (dopri)
Sarung-sarung yang akan dikirim (dopri)
Kemudian saya mencoba menghubungi kenalan di Jakarta dimana menurut saya mereka dapat membantu. Saya menceritakan semua kondisi apa adanya. Pertama-tama, kenalan itu meminta foto sarung-sarung itu dan setelah melihatnya ia bersedia membeli semua sarung itu.

Sebelum menutup telefon, kenalan menyarankan agar sarung-sarung itu dikirim lewat JNE. Katanya, ia sudah sejak dulu menggunakan jasa pengiriman melalui JNE. Karena lebih mudah, terpercaya dan cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun