Hidup sebenarnya sudah cukup membuat kita ketawa. Kesia-siaan berjalan berbarengan dengan ketakjuban. Kepada keabadian, ketawa adalah ekspresi yang agung dalam hidup.
Ketawa itu sifatnya eksistensial. Manusia manapun boleh ketawa. Namun bila dikaji makna simbolisnya, ketawa justru menyimpan segudang pengertian.
Pertama, bila ketawa ditempatkan dalam konteks kehidupan manusia secara keseluruhan maka sebenarnya hidup sudah mempunyai materi sendiri yang mengharuskan kita untuk ketawa. Dalam pengertian bahwa apa yang tersaji sebagai kejadian ditemukan, dialami seseorang entah itu kesialan maupun kemujuran merupakan bahan rujukan untuk ketawa.
Kedua, Selanjutnya bila ketawa terpikir searah dengan poros asal muasal penciptaan hidup manusia (dimensi keilahian) maka ketawa merupakan suatu ungkapan syukur. Karena sejatinya hidup manusia diciptkan, dilahirkan, diberikan dan tak ada seorang pun yang menjadikan dirinya sendiri dari oleh kemampuannya sendiri.
Seperti seorang pemikir eksistensial bernama Martin Heidegger berkata  bahwa hidup sebagai suatu "keterlemparan" tanpa sadar, "tanpa mengenal kata sepakat". Selanjutnya subjek (kita) yang dalam perjalanan waktu barulah mengalami dinamika kemajuan dalam dunia ini.
Di dunia ini kita mulai mengambil sikap dengan kesadarannya untuk menentukan arah hidup melalui kemungkinan-kemungkinan yang tersaji. Namun hidup kita tetap berada dalam proses bergumul dengan misteri pemberian itu. Kita akan terus bergulat dengan cara berada sepanjang hidup kita. Singkatnya, keterlemparan kita merupakan wujud dari kekecilan dan ketakberdayaan kita. Dengan begitu, ketawa adalah ekspresi agung yang merupakan perwujudan rasa syukur atas anugerah hidup itu.
Bila taraf pemaknaannya disandingkan dengan masa hidup kita, maka melepas pergi tahun 2020 dengan ketawa adalah jalan kecil terhadap penghargaan akan masa hidup yang kita terimah sedangkan mencibiri tahun ini merupakan bentuk kutuk dan pengkianatan.
Ketiga, bila ketawa dibaca dalam konteks relasi sosial sebagimana terungkap dalam pengalaman-pengalaman pribadi saya diatas. Maka ketawa merupakan salah satu cara menularkan kesadaran dengan sisi edukatif yang efektif.
Dari sana kepekaan terbangun, kemandekan logika diluruskan dan egoisme personal dicairkan. Sisi relasional-edukatif ini mempu membuka kesadaran kita untuk membenah diri.
Keempat, ketawa memiliki nilai jual yang tinggi. Dengan kata lain ketawa memiliki sisi ekonomis langsung. Lihatlah para komedian yang mampu membuat para penontonnya ketawa terbahak-bahak. Pada sisi ini ketawa merupakan kemampuan dan kreativitas dengan ciri khas yang bisa mendatangkan keuntungan finansial.
 Akhirnya, saya ingin mengatakan bahwa ketawa adalah kemampuan diri, upaya  merangsang rasa, pelurusan logika kepada tindakan penuh sadar dan jalan penghormatan terhadap hidup dalam bentuk rasa syukur. Itulah harga suatu tawa.