Walau bagi kebanyakan orang, pakaian adat itu adalah bentuk eksternal dari gaya hidup seseorang. Namun bagi masyarakat NTT, pakaian adat merupakan warisan, simbol jati diri kemanusiaan.
Tak bermaksud berlebihan kalau boleh dikatakan, perayaan tahun berlian Indonesia bercayaha dari keringat perempuan-perempuan NTT.
Betapa tidak karena dengan jemari kusam merekalah yang memintal, menenum kain yang membungkus tubuh presiden saat memimpin upacara kemerdekaan RI ke 75.
Perempuan sebagai jangkar ekonomi di tengah pandemi
Tak terelakan bahwa sebagai besar budaya tradisional menganggap bahwa perempuan memiliki status kelas dua dalam kehidupan sosial.
Peradigma ini masih terngiang cerah dalam benak konservatif dalam budaya tradisional termaskud budaya yang kami amini hingga sekarang.
Dalam kehidupan harian, perempuan sering makan dibelakang setelah kaum pria, perempuan sering tidak mendapat pendidikan formal, perempuan tidak terlibat dalam proses pelaksanaan upacara adat, perempuan untuk belis keluarga dan perempuan menjadi orang dapuran.
Beberapa waktu mendapat jatah untuk berlibur bersama keluarga dikampung halaman. Tepatnya di kampung Awa, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, NTT.Â
Tak pernah diduga bahwa sebagian orang dikampung Awa telah mengungsi ke Nangahure, Maumere karena tragedi letusan gunung berapi Rokatenda yang terjadi pada tahun 2013 yang lalu.
Amukan gunung Rokatenda memaksa mereka harus mengungsi. Dan dalam pengungsian terjadi aneka kemelaratan yang tak terbendung. Karena mereka harus merubah gaya hidup sesuai dengan tuntutan orang-orang di kota.