Hemat saya, isi wawancara ini memuat beberapa gagasan penting tentang bahaya dan pengaruh  COVID 19, sekaligus nasehat berharga untuk dijalankan dalam pandemi ini.
Perlu diketahui bahwa Austen Ivereigh adalah seorang penulis, jurnalis dan komentator Inggris, dan salah satu pendiri Catholic Voices, sebuah proyek komunikasi yang sekarang berada di 20 negara.
Ada sekitar lima pertanyaan yang diajukan kepada Paus Fansiskus oleh Austen Ivereigh. Hasil wawancara itu kemudian diterbitkan dalam teks aslinya dalam bahasa spanyol oleh ABC News dan bahasa Italia dalam La Civilt Cattolica. Dan secara bersamaan  The tablet (London) dan Commonweal (New York) menerbitkan dalam bahasa Inggris (rabu,08/04/2020).
 Hasil wawancara itu akan diringkas tentunya sesuai dengan kapasitas sebagai pencari pengetahuan, arah pola laku, motivasi  dalam keresahan ditengah pendemi.
Keseharian di Vatican
Berdasarkan pertimbangan yang baik menurut aturan dan otoritas kesehatan, baik dikuria vatikan maupun di komunitas Santa Marta semuanya diatur secara baik. Semuanya berusaha untuk hidup secara normal entah jam kerja (dikantor masing-masing atau kamar tidur dengan bantuan media digital) maupun makan (dibagi giliran makan) diatur sedemikian rupa sehingga menghindari penyebaran virus ini.
Dalam praktek spiritual, Paus berdoa sesering mungkin, menghadiri pengakuan dan menberikan derma cukup intens melalui Limosneria Apostolica (Derma Apostolik) sebagai wujud kehadiran yang menemani mereka yang miskin dan sakit.
Saya berpikir tentang tangggungjawab saya sekarang dan setelahnya. Apa yang menjadi pelayanan saya sebagai Uskup Roma, sebagai kepala Gereja, dan pelayanan saya selanjutnya? Refleksi tentang "apa yang terjadi selanjutnya ini" mulai menunjukan kepadaku bahwa akan terjadi sebuah masa depan yang tragis, yang menyakitkan, maka alangkah baiknya dipikirkan memang dari sekarang ini.
Ada pula kecemasan yang timbul dalam doa paus sendiri. Seperti bagaimana menemani dan merasa lebih depat dengan umat Allah. Untuk itu, diadakan misa setiap jam 7 (tujuh) melalui daring yang diikuti banyak orang dan mereka merasa ditemani-dikuatkan.
Komentar tentang Novel karya Allessandro Manzoni
Novel Allessandro Manzoni berjudul "I Promessi Sposi" ("Para mempelai") Â yang menarasikan tentang penyakit sampar di Milan pada tahun 1630. Ada beberapa peran tkoh pemeran seperti imam Don Abundio, uskup Boromeus dan para rahib kapusin yang melayani "el lazarote", sejenis rumah sakit yang menampung mereka yang tertular penyakit itu dan bertugas untuk memisahkan mereka sakit dari mereka yang sehat.