Kutinggalkan meja makan beserta istriku yang mematung bingung. Istriku belum mengatupkan rahangnya sejak mendengar berita dari Surti. Kubawa mobil porche melintasi jalan jakarta dengan kecepatan halilintar. Betapa terkejutnya saat kulihat jalan Jakarta lenggang tanpa macet. Kota Jakarta seperti kota hantu yang dicampakkan penduduknya. Kecuali beberapa orang yang melintas sambil marah-marah pada telepon genggamnya.
“ Ini pasti ulah PKI!”
“Bukan, ini pasti ulah militer seperti yang dulu mereka lakukan dengan aktivis-aktivis itu!”
“ Mungkin juga pelakunya intelejen luar negeri yang menggunakan anjing sebagai senjata!”
“ Terus bagaimana bisnis kita?, bisa bangkrut kita kalau tidak ada yang kerja”
“ Kamu masih mending, saya punya kontrak kerja dengan Cina bulan ini, kalau tidak selesai bisa rugi bandar ini!”
“ Saya juga bisa rugi Miliyaran ini!”
“ Dasar anjing sialan!”
Begitulah mereka berdebat dengan telepon genggam masing-masing. Betapa manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lain, sekaya atau sepintar apapun mereka.
Sepanjang jalan terpampang pemandangan yang tidak biasa. Dedauan kering bertaburan di jalan, sampah menyengat disana-sini, kios-kios tak berpenghuni, supermarket terlantar, pom bensin kosong, dan seorang excecutive muda terjun dari lantai tujuh. Tidak ada yang tersisa di kota ini, selain kaum kapitalis yang berkeliaran kebingungan. Semua kaum pekerja hilang tanpa jejak, entah kemana mereka pergi.
Kabar burung mengenai anjing yang menculik manusia memang ramai beterbangan. Sering diperbincangkan di radio, juga menjadi berita hangat di koran pagi. Ada yang bilang anjing-anjing itu sebetulnya alien yang menculik manusia untuk dijadikan tikus percobaan. Ada juga yang bilang itu hanya kedok bagi penculik sebenarnya, yaitu PKI. Bahkan ada yang percaya bahwa anjing-anjing itu sebenarnya utusan tuhan untuk membawa manusia tak berdosa ke negeri abadi dibalik awan.