Mohon tunggu...
Atha Earlene
Atha Earlene Mohon Tunggu... -

........

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anjing!

10 Maret 2017   13:15 Diperbarui: 10 Maret 2017   13:22 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Banyak yang bilang anjing tidak bisa terbang, namun benarkah demikian?.

Senja itu, aku melihat seekor anjing melayang di langit Jakarta dengan seseorang menungganginya. Kakinya berlari menapaki udara dengan bulu yang berkibar seperti rumput. Mulutnya monyong layaknya anjing dan ekornya bergoyang seperti kipas. Hewan empat kaki itu berlari tanpa peduli ukuran penunggannya yang dua kali lipat lebih besar. Hewan ajaib itu berlari dan terus berlari sebelum akhirnya menghilang ditelan langit sore yang temaram.

Tidak ada yang percaya pada apa yang aku lihat. Sebagian dari mereka malah menganggapku gila. Istriku sendiri mengira aku mengalami depresi berat hingga mengkhayalkan yang tidak-tidak. Istriku sempat mengundang psikater untuk menyembuhkan jiwaku. Namun percayalah, aku tidak gila. Aku benar-benar melihat hewan itu melayang di udara.

 “ Tuan, tuan...!!”, Surti lari tergopoh-gopoh sambil menjinjing roknya agar tidak tersandung.

“ Ada apa?, pagi-pagi kok sudah ribut”, Istriku menjawab pelan sambil menyeruput sup ayam.

“ itu tuan... si Tejo tukang kebun kita... si Tejo hilang ! ”

“ Hilang?, ya cari dong!, yang jadi pembantu kan kamu bukan saya “

“ Itu.. tadi saya lihat... si tejo...”

“ Lihat apa?”

“ Si Tejo diculik Anjing!”

Kopi  tersendak di kerongkongan, rasanya begitu pahit. Mustahil memang, namun apalah yang tidak mungkin di bumi yang serba terbalik ini. Kambing saja bisa melahirkan manusia, kenapa anjing tidak boleh menculik orang?. Seingatku, aku pernah melihat hewan berkaki empat terbang dengan seseorang menungganinya. Orang itu berkumis tebal dan berambut kriting, mirip sekali dengan tukang kebunku.

Tiba-tiba telepon genggam bergetar memanggil. Kuacuhkan saja raut kebingungan yang gentayangan di meja makan.

“ Gawat Bos!, di pabrik tidak ada orang!”, seseorang berteriak panik dibalik sana.

“ Tidak ada orang gimana? “

“Kosong melompong bos!, Karyawan kita tidak ada satupun yang datang!”

“ La kok bisa !? “

“ Saya juga tidak tahu bos,, saya coba telpon tidak ada yang ngangkat, saya ke rumah mereka, rumah mereka kosong bos, katanya.... “

“ Katanya apa? ”

“ Katanya mereka diculik anjing! “

“ Hah!?”

“ Iya bos, katanya....” Klik!, telepon terputus.

Sejenak pikiranku berhenti, antara bingung dan geli. Betapa anehnya bila ini benar-benar terjadi. Kepalaku memuntahkan mentah-mentah berita ini, namun mataku berkata lain. Saat itu, di luar jendela, bola mataku menangkap sosok berkaki empat dengan bulu lebat melayang di atas genteng, dengan ekor yang bergoyang seperti anjing.

Kutinggalkan meja makan beserta istriku yang mematung bingung. Istriku belum mengatupkan rahangnya sejak mendengar berita dari Surti. Kubawa mobil porche melintasi jalan jakarta dengan kecepatan halilintar. Betapa terkejutnya saat kulihat jalan Jakarta lenggang tanpa macet. Kota Jakarta seperti kota hantu yang dicampakkan penduduknya. Kecuali beberapa orang yang melintas sambil marah-marah pada telepon genggamnya.

“ Ini pasti ulah PKI!”

“Bukan, ini pasti ulah militer seperti yang dulu mereka lakukan dengan aktivis-aktivis itu!”

“ Mungkin juga pelakunya intelejen luar negeri yang menggunakan anjing sebagai senjata!”

“ Terus bagaimana bisnis kita?, bisa bangkrut kita kalau tidak ada yang kerja”

“ Kamu masih mending, saya punya kontrak kerja dengan Cina bulan ini, kalau tidak selesai bisa rugi bandar ini!”

“ Saya juga bisa rugi Miliyaran ini!”

“ Dasar anjing sialan!”

Begitulah mereka berdebat dengan telepon genggam masing-masing. Betapa manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lain, sekaya atau sepintar apapun mereka.

Sepanjang jalan terpampang pemandangan yang tidak biasa. Dedauan kering bertaburan di jalan, sampah menyengat disana-sini, kios-kios tak berpenghuni, supermarket terlantar, pom bensin kosong, dan seorang excecutive muda terjun dari lantai tujuh. Tidak ada yang tersisa di kota ini, selain kaum kapitalis yang berkeliaran kebingungan. Semua kaum pekerja hilang tanpa jejak, entah kemana mereka pergi.

Kabar burung mengenai anjing yang menculik manusia memang ramai beterbangan. Sering diperbincangkan di radio, juga menjadi berita hangat di koran pagi. Ada yang bilang anjing-anjing itu sebetulnya alien yang menculik manusia untuk dijadikan tikus percobaan. Ada juga yang bilang itu hanya kedok bagi penculik sebenarnya, yaitu PKI. Bahkan ada yang percaya bahwa anjing-anjing itu sebenarnya utusan tuhan untuk membawa manusia tak berdosa ke negeri abadi dibalik awan.

Ban mobil berhenti tepat di depan pabrik. Si penjaga tidak bohong, bangunan itu benar-benar kosong tanpa ada satu orangpun yang bekerja. Hanya ada tikus yang berkeliaran mencari pasangan di musim kawin. Mesin masih berdiam tanpa suara, begitu juga dengan absensi yang dibiarkan begitu saja.

Misalkan mereka tidak kembali, segalanya menjadi tidak karuan. Tidak ada petani berarti tidak ada nasi, tidak ada nelayan tidak ada ikan, tidak ada pekerja bangunan tidak ada gedung-gedung tinggi dan rumah mewah, tidak ada penjahit berarti orang akan telanjang. Siapa yang akan membersihkan toilet?, memungut sampah?, menyapu jalan?. Dan yang paling penting, bila tidak ada kaum pekerja, pabrik tidak berjalan, bisnis macet, dan industri akan mati. Uang berhenti berputar dan para kapitalis jatuh miskin.

Anjing sekarang memang menjengkelkan, bikin pusing manusia saja. Kenapa juga mereka menculik kaum pekerja?, lebih enak kalau pejabat nakal yang diciduk, bakal beres utang negara.

Telepon genggam kembali bergetar, istriku memanggil dari rumah.

“ Gawat pak...di radio pak..” suaranya getir seperti ketakutan.

“ di radio ada apa?”

“ itu di ra...” terdengar suara benda jatuh.

Klik. Saluran terputus.

Aku berlari ke arah mobil porsche yang kuparkir di halaman pabrik. Kupacu mobil bertenaga kuda itu secepat kilat. Mesin buatan Jerman memang tidak mengecewakan, mobil porche merah melesat bak meteor halley. Kuharap istriku baik-baik saja dirumah, kuharap Surti ada disana membantunya.

Kuputar radio yang menyiarkan berita terkini. Aku terkejut mendengarnya.

Radio itu berbicara,

“ Para pendengar setia radio RRI di seluruh negeri, dengan ini kami menyampaikan pesan yang dikirimkan tuhan kepada kami beberapa waktu lalu. Tuhan berpesan pada kita semua agar tidak menjadi manusia yang serakah dan beginilah pesannya, ‘ terkutuklah kalian para kaum kapitalis yang menuhankan harta lebih dari apapun, dan terjatuhlah kalian ke neraka beserta emas-emasmu yang meleleh dilalap api abadi. Kusiapkan neraka bagi kalian yang mencuri hak dari manusia lain ’. Begitulah pesan tuhan kami sampaikan tanpa ada yang kami tambahkan atau kami hapus. Dengan ini pula kami menginfokan kepada para pendengar dimanapun anda berada bahwa besok matahari akan terbit dari barat. Terima kasih ”.

Seketika itu, aku melihat Surti terbang menunggani seekor anjing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun