Suatu hari aku melepas penat dengan jalan-jalan ke kota. Betapa terkejutnya ketika aku melihat Tejo menggandeng perempuan cantik dengan dua anak kecil di sisinya. Tejo tidak mati, bahkan dia terlihat bahagia, makmur, dan sehat wal afiat.
Aku diam-diam memperhatikannya, bersembunyi dibalik gerobak buah. Penampilan Tejo 180 derajat berbeda. Sekarang dia seperti bos juragan sapi dengan pakaian necis, batu akik langka, potongan rambut mahal, dan parfum yang tericum bermeter-meter jauhnya.
Tejo menyuapkan bubur ke mulut perempuan aduhai itu. Perempuan itu membalas dengan kecupan mesra yang membekas di pipinya. Dengan samar-samar, aku mendengar kedua anak itu merengek meneriakkan “ ayah! Ibu! ”.
Ditangannya bergercing gelang emas yang pasti mahal harganya. Sepintas aku teringat Surti.
Surti pasti bingung menunggu disana, dimana gerangan si Tejo?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H