Tejo tak pernah kembali.
Bermacam selentingan beterbangan bebas. Ada yang bilang Tejo sudah menjadi saudagar kaya dan menikah dengan wanita kota yang lebih cantik. Ada juga kabar mengenai Tejo yang masuk penjara sebab ketahuan mencuri motor. Bahkan ada yang bilang kalau Tejo malu untuk pulang ke kampung karena gagal di rimba kota yang serba keras. Intinya Tejo tidak akan kembali.
Surti tak peduli, tetap membuat payung sampai Tejo pulang membawa dunia baru ditangannya.
*
Suatu hari seseorang mengunjungi rumah reot Surti. Orang itu mengaku teman Tejo yang datang dari kota. Pemuda itu menyampaikan kabar duka, bahwa Tejo telah meninggal dalam kebakaran besar. Saat itu Tejo bekerja di pabrik tekstil. Tanpa sebab yang jelas, pabrik itu meledak dan Tejo hangus beserta puluhan pekerja lainnya.
Surti mendadak kesurupan. Matanya kosong, tubuhnya kaku, jiwanya hilang. Surti teringat sumpahnya. Dia akan terus bersama Tejo kemanapun Tejo pergi.
Ditengah malam yang berangin, juga hujan yang turun rintik, Surti siap menemui Tejo. Dia berdiri diatas kursi dengan tangan memegang tali yang menggantung. Sejenak Surti melamun. Dia mengumamkan kata-kata perpisahan yang tidak terdengar jelas. Kemudian, tanpa ragu ia kalungkan tali dilehernya.
Begitulah, Surti menyusul Tejo.
Tiba-tiba saja petir menyambar rumah reot itu dan angin meniup dengan kencang. Payung-payung beterbangan di atas langit. Orang-orang berbondong-bondong keluar mendengar petir yang aneh itu. Mereka ternganga melihat ratusan payung hitam melayang-layang memenuhi langit.
Mereka paham, Surti sudah menyusul Tejo.
*