"Yah, bagaimana ini? Bisakah kita perbaiki dulu yah?", tanyaku.
"Hmm..", ayahku menggumam.
 "Nanti ayah akan coba dulu. Siapa tau ayah masih menyimpan per bekas yang masih bisa digunakan. Tunggu sebentar.", kata ayah.
Setelah itu, aku menghmapiri Gembul dan menyuruhnya masuk ke dalam garasi rumahku. Aku berusaha untuk tenang, dan menceritakan hal yang terjadi. Namun, Gembul dengan santai menanggapi hal tersebut. Ia yakin kalau kami pasti akan berangkat ke Pkp. Entahlah, dengan kondisi yang seperti ini mustahil kami bisa berangkat kesana. Aku hanya berharap ayahku dapat mengatasi hal ini. Tak lama kemudian, ayahku muncul kembali sambil membawa beberapa per bekas.Â
Aku coba membantu ayah memasang per itu, begitupun Gembul. Dan per itu berhasil terpasang walaupun tidak sempurna. Setidaknya masih bisa untuk ngerem. Melihat kondisi motor yang seperti itu, ayahku menyarankan agar membawa motor yang satunya lagi. Tapi aku bersikeras ingin membawa motor itu.Â
Kali ini, ayahku sudah bosan mendengarku terus-terusan merengek. Akhirnya ia mengizinkanku membawa motor kesayangannya itu. Akan tetapi, jika ada apa-apa, ia tidak mau tahu karena ia sudah berkali-kali melarangku membawa motor itu. Aku tak peduli lagi, yang penting aku sudah diizinkan untuk membawa motor itu. Aku pun lekas menyiapkan peralatan yang akan dibawa nanti.
Kini, aku dapat menghela nafas untuk sesaat setelah aku selesai menyiapakan peralatanku. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 07.00. Aku dan Gembul sudah bersiap-siap sambil memanaskan motor. Akan tetapi, aku merasa masih ada hal yang mengganjal. Dan benar saja, hal itu disebabkan oleh Buluk yang tak kunjung datang kerumahku ataupun memberi kabar.Â
Gembul menebak pasti Buluk masih tertidur pulas. Sudah menjadi kebiasaan Buluk bangun siang ketika sedang liburan. Jangankan liburan, saat waktu sekolah pun ia kerap kali datang lebih dari jam 8 pagi. Namun, ia tak pernah ambil pusing dengan hal itu.Â
Tiba-tiba, seseorang belok ke halaman rumahku mengendarai motor scoopy warna putih merah. Kalian pasti bisa menebak siapa yang datang. Ya, orang itu adalah Buluk. Raut wajahnya terlihat abstrak, seperti benang layang-layang yang kusut. Aku tebak orang ini pasti belum sempat cuci muka dan gosok gigi.
"Mau kemana kalian ini?", tanya Buluk dengan tatapan yang sendu.
"Konyol ah, jangan pura-pura lugu. Aku dan Gembul Gembulh siap-siap nih.", jawabku.