Air terjun Desa Sadap terletak di bawah kaki bukit yang tidak kuketahui namanya. Udaranya sangat sejuk. Aku merasa seperti berada di daerah pegunungan di Pulau Jawa. Bedanya, jika disana kita melihat hamparan kebun teh, disini kita akan disuguhkan oleh pemandangan hamparan tanaman lada.
Butuh waktu kurang dari 20 menit untuk bisa sampai di parkiran air terjun Desa Sadap. Untuk masuk ke kawasan wisata Air Terjun Desa Sadap ini, kami hanya dikenakan biaya parkir sebesar 5 ribu rupiah. Harga yang sangat murah untuk sebuah kawasan wisata yang sudah menyediakan fasiltas area parkir dan kamar mandi. Dari tempat parkir, kami harus berjalan kaki kurang lebih 500m untuk bisa sampai di Air Terjun.Â
Ketika sampai di kawasan air terjun, kami disambut oleh bongkahan batu granit yang berdiri kokoh. Di seberang batu, berdiri tembok tinggi yang di dalamnya terdapat areal pemandian yang airnya berasal dari mata air yang berada di puncak. Gembul dan Pinho sudah tidak sabar lagi untuk basah-basahan, begitu juga denganku. Kami pun akhirnya berenang sambil menikmati keindahan air terjun Desa Sadap.
Sore pun telah tiba. Kami terlarut dalam canda dan tawa selama berada di air terjun. Awan mendung bergerak makin mendekat dan hari sudah mulai gelap, pertanda hari akan turun hujan. Kami pun memutuskan untuk kembali ke Pangkalpinang.
Ketika hujan sudah sangat lebat, kami memacu motor kami lebih kencang. Tiba-tiba, di dekat pertigaan jalan setelah keluar dari Desa Sadap, ban motor Buluk pecah. Kami semua terkejut, ditambah lagi dengan kondisi cuaca yang ekstrim membuat kami semakin panik.Â
Madi yang berada paling depan terus saja memacu motornya karena ia tidak tahu jika motor Buluk mengalami pecah ban. Aku dan Gembul berusaha untuk menyusulnya, sementara Buluk, Zizi, Tia, dan Pinho mencari tukang tambal ban terdekat. Namun karena lebatnya hujan kami tidak bisa mengejar Madi. Aku dan gembul berbalik arah dan ikut mencari bengkel. Untungnya, tidak butuh waktu lama untuk menemukan bengkel terdekat. Kami pun menemani Buluk memperbaiki motornya.
Sembari menunggu motor Buluk diperbaiki, kami beristirahat untuk minum teh di kedai yang berada di seberang bengkel. Sementara itu, Tia dan Zizi berusaha untuk menghubungi Madi. Namun, selalu gagal karena tidak ada sinyal. Kami hanya bisa menunggu motor Buluk selesai sambil menanti hujan reda.
Begitulah sekilas perjalanan kami. Tidak akan ada habisnya jika kuceritakan semua kisah-kisah kami pada kalian. Banyak peristiwa tak terduga yang telah kami alami. Baik suka maupun duka telah kami lewati bersama.Â
Aku selalu mencari hikmah yang bisa kupetik dari kejadian yang telah ku alami bersama sahabat-sahabatku. Ingin rasanya kuhabiskan waktu lebih lama lagi dengan mereka untuk membuat lebih banyak memori.Â
Namun sebentar lagi kami akan berpisah, meniti masa depannya masing-masing menuju tangga kesuksesan yang telah ditakdirkan olehNya. Terima kasih Tuhan, kau telah mempertemukanku dengan sahabat-sahabat terbaik. Semoga persahbatan kita tetap abadi, kawan.Â
-