Hingga beberapa pekan kemudian, seorang guru kembali menghampiri dirinya. Bukan hanya membeli gorengan yang dijual, tetapi juga memberi sebuah koran. "Coba baca, kamu pasti seneng bacanya!"
"Bu, Ayah! Aku diterima aku lolos beasiswa kuliah!" teriak Rudi penuh sukacita.
Air mata kebahagiaan mengalir di wajah ibunya. "Kami bangga padamu, Nak! Ini semua berkat kerja kerasmu," ucap sang ibu sambil memeluknya erat.
Rudi tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai. Ia harus belajar lebih keras dan membuktikan bahwa anak dari petani pun bisa meraih mimpi besar. Setiap kali merasa lelah, ia mengingat kata-kata ayahnya, "Mimpi itu seperti benih, jika kamu tanam dengan baik dan rawat dengan cinta, ia akan tumbuh menjadi pohon yang kuat."
Ia ingin membuktikan kepada teman-temannya bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita. Mimpinya kini bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk menginspirasi anak-anak lain di desanya agar berani bermimpi setinggi langit.
Rudi adalah contoh nyata bahwa bermimpi dan mewujudkan mimpi itu adalah hak bagi semua orang, termasuk mereka 'si miskin'. Dengan bermodal keberanian dan kerja keras dapat mengubah nasib seseorang dengan terus berjuang demi masa depan yang lebih baik, bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk keluarganya dan masyarakat desanya.
**
Penulis: Lina Turohmaniyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H