Mohon tunggu...
Pidri Esha
Pidri Esha Mohon Tunggu... -

Seorang petani yang ingin belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu yang Terhempas

10 Agustus 2010   14:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:09 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika aku rindu

inginku teriak

inginku berkata: "tidak"

tapi hatiku berontak

Ketika aku rindu

inginku terbang

tapi sayapnya telah hilang

ditelan malam yang kelam

Ketika aku rindu

inginku menangis

tapi air mataku telah habis

Ketika aku rindu

inginku tertawa

tapi hatiku terluka

Egokah aku..?

Salahkah aku..?

Sempurnakah aku..?

Hatikupun berkata : "tidak"

Ketika rindu itu menderu..menggebu..menjemputku..

Ketika rindu itu mengalun syahdu menyentuh ruang kalbu..

Tiba-tiba...

Rasa rindu itupun terhempas..terenggut..tercabut..

terkulai...tak berdaya...tak bisa apa-apa.

Biarlah rindu itu membelenggu..membeku..membisu..

Biarlah rindu itu berteman dengan waktu..entah sampai kapan.

Tak seorangpun yang tahu..tidak juga kau wahai bidadariku.

Gedongsongo, July 2010

By Pidri Syaikhal " Senja kaki Bukit"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun