Saat ini, kebijakan bank sentral dunia berbalik arah seperti kenaikan bunga yang agresif dan quantitative tightening. Defisit anggaran Amerika juga melonjak mencapai US$ 780 Miliar di 2018. Dapat dipastikan sepanjang 2019-2020 akan terjadi pengetatan ekstrim likuiditas global, khususnya Dolar Amerika. Negara yang pembiayaan defisit transaksi berjalan luar negri, defisit APBN, dan korporasinya tergantung pada arus portofolio global harus menghadapi risiko berhentinya likuiditas secara mendadak (sudden stop, lihat Kaminsky 2008). Dengan posisi investor asing yang dominan di bursa saham dan SUN, Indonesia potensial kesulitan likuiditas saat terjadi arus modal keluar berkelanjutan. Akibatnya, bukan saja nilai tukar melemah, suku bunga naik tajam, tetapi pertumbuhan ekonomi akan melambat. Bahkan, dapat terjadi kerentanan finansial yang disertai kebangkrutan di sektor riil. Mengutip istilah Calvo tentang krisis Meksiko 1994-1995; bursa obligasi global sering menghukum kejahatan kecil dengan hukuman yang sangat kejam (Petty Crime and Cruel Punishment, di American Economic Review ( 1996).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H