Mohon tunggu...
Siswa Rizali
Siswa Rizali Mohon Tunggu... Konsultan - Komite State-owned Enterprise

econfuse; ekonomi dalam kebingungan

Selanjutnya

Tutup

Financial

Investasi Surat Utang Negara di Tengah Gejolak Finansial

15 Oktober 2018   09:00 Diperbarui: 5 November 2018   14:11 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komitmen pembangunan infrastruktur harus didukung sebagai investasi strategis jangka panjang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, subsidi stabilisasi harga BBM atau energi ditengah kenaikan harga minyak dunia merupakan kebijakan populis yang akan memperburuk defisit APBN dan transaksi berjalan.

Dampak negatif memprioritaskan dan memperbesar alokasi subsidi BBM/energi tidak dapat dicegah, yaitu berupa pelemahan Rupiah dan peningkatan rasio utang pemerintah terhadap PDB. 

Saat ini, rasio utang pemerintah terhadap PDB yang mencapai 30% memang aman. Yang perlu diperhatikan, setelah turun ke titik terendah 24% pada 2012, indikator rasio utang pemerintah terhadap PDB konsisten mengalami kenaikan. 

Berlanjutnya defisit APBN, pelemahan nilai tukar Rupiah, dan kenaikan yield SUN; memungkinkan rasio utang pemerintah terhadap PDB pada tahun 2021-2022 terus naik ke 33%  sampai 35%.

Meski rasio ini masih aman, perlu diingat bahwa potensi gejolak finansial global saat ini sekalanya jauh lebih besar dibandingkan gejolak di tahun 2008, 2013, dan 2015.

Ketiga, posisi investor global di SUN sudah sangat tinggi (overweight). Porsi kepemilikan asing di SUN sempat mencapai 41% pada Januari 2018, tertinggi dalam sejarah. 

Di seluruh dunia, ada tiga negara lain yang porsi kepemilikan SUN-nya lebih tinggi dari Indonesia, yaitu (% porsi kepemilikan asing): Peru (48%), Ceko (42%), dan Afrika Selatan (42%). Sejalan dengan perubahan sentimen, porsi kepemilikan asing di SUN menurun ke 37%.

Kenaikan porsi kepemilikan asing di SUN sering dipersepsikan positif: kepercayaan investor global kepada Indonesia tinggi. Tetapi, kepercayaan pasar juga mudah berubah dan memicu kepanikan. 

Dengan kepemilikan asing yang tinggi, investor asing yang membeli SUN melakukannya dengan sangat hati-hati sehingga kenaikan harga SUN dan penguatan kurs Rupiah relatif terbatas. Sebaliknya, saat investor asing panik dan menjual SUN, kejatuhan harga SUN dan depresiasi Rupiah menjadi sangat besar, seperti yang terjadi di tahun 2013, 2015, dan baru-baru ini.  

Rekomendasi

Secara valuasi, yield SUN relatif tinggi (= harga murah) dan cukup menarik. Tetapi prospek tren kenaikan bunga global, penguatan Dolar Amerika, melemahnya fundamental ekonomi Indonesia, dan porsi kepemilikan asing yang tinggi di SUN menjadikan potensi risiko koreksi harga SUN sangat tinggi. Kami merekomendasikan investor tetap memperpendek durasi portofolio SUN dan hanya berinvestasi di SUN tenor 5-tahun atau lebih pendek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun