Umi mencabik-cabik hatiku dengan kata-kata yang disampaikannya sambil tersenyum.
Aku menuntun Umi mengucapkan laa ilaha illaaallah.
Pulanglah Umi. Abi sudah menjemputmu untuk membawamu ke surga. Cintamu pada kami sudah membuatmu begitu kuat.Jika kau lelah, tidurlah.Â
Fatimah Zahratunnisa. Kudukakan nama yang tertulis di atas nisan itu.
***
Aku mendatangi warung itu. Tempat dimana aku menggadaikan akhiratku demi Umi. Kutemui pemilik warung tersebut, mengakui apa yang sudah aku lakukan. Aku mengakuinya bukan hanya karena amanah Umi. Terlebih karena aku tak ingin Umi-ku disiksa di akhirat karena gagal menuntunku melakukan yang baik di dunia ini.
Fatimah Zahratunnisa....
Jatuh cinta pertamaku. Semoga nakalku tak menjadi sumber siksa kuburmu. Ramadhan ini kita berpisah. Insyaallah, satu Ramadhan kelak, kita bertemu di firdaus.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI