Julia meraih kalung Rosario yang ada di lehernya. Menggulirkan butir demi butir Rosario. Dia sudah kehilangan tempat berlindung paling aman. Lelaki yang seharusnya melindunginya dan Delima kini berubah menjadi monster yang paling menyeramkan.
Salam Bunda Allah Putera,
Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu, terpujilah engkau diantara wanita dan terpujilah buah tubuhmu Yesus. Santa Maria bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati. Amin.
Delima terjaga dari tidurnya. Julia menghentikan devosinya.
"Jangan berenti, Ma." Dengan susah payah Delima mencoba duduk. Terbata-bata mengikuti ucapan Ibunya.
Hati Julia kian teriris melihat ketulusan hati Delima. Suara Delima kadang terdengar jelas, kadang terdengar samar.
"Ma, jangan nangis lagi, ya. Delima nggak papa, kok." Ucap Delima diujung doa mereka.
***
Julia seperti kehilangan nyawanya melihat tubuh Delima kaku. Mata indah Delima berputar kesana kemari. Tubuhnya kejang. Julia hanya bisa terdiam melihat keadaan Delima. Dia tak tahu apa yang harus dia lakukan. Bibir mungil Delima berpeotan tak beraturan. Ini pertama kalinya Julia melihat Delima di kondisi seperti itu.
Sudah hampir lima menit, dan Delima tak juga berhenti kejang. Doa Julia menembus langit. Di saat sulit begitu, dia bahkan tak melihat Agus pulang.
"Jul, gimana Delima?" Puput yang baru tiba ikut merasakan pilu melihat Delima yang masih tergolek lemas di atas tempat tidur.