Mohon tunggu...
Piccolo
Piccolo Mohon Tunggu... Hoteliers - Orang biasa

Cuma seorang ibu biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Warisan Nurli dan Keajaiban Harika

4 Oktober 2020   00:12 Diperbarui: 4 Oktober 2020   00:27 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dan Harika masih sibuk dengan rak-rak buku yang memajang jejeran buku-buku entah terbitan kapan. Jari-jarinya berjalan seiringan dengan arah pandang matanya. Bukan untuk mencari buku tertentu, dia hanya mencari buku yang dipilih nuraninya untuk dibaca. Suasana perpustakaan jaman sekarang ini memang tidaklah bisa disamakan dengan jaman sekolahnya dulu. Masyarakat sekarang jelas lebih senang membaca Ebook yang tak harus memenuhi tas mereka.

Perpustakaan itu masih seperti dulu. Dengan Pak Har sebagai admin di perpustakaan itu. Sudah sejak Harika masih bersekolah di sana, perpustakaan sekolahnya itu terdaftar sebagai perpustakaan umum di pinggiran kota Sumatera Utara. Banyak masyarakat umum atau mahasiswa yang berkunjung ke sana.

"Harika, kapan kau pulang, Nak?" Sapaan hangat Pak Har membuat Harika tersenyum.

"Baru tiga hari yang lalu, Pak. Harika bawakan ini untuk Bapak." Harika menyodorkan bungkusan kecil berisi blankon dan wayang kulit yang dia beli waktu berkunjung ke Jogja.

"Kau masih saja ingat, Bapak." Sambut haru Pak Har.

"Sama seperti Bapak yang masih ingat Harika."

Tak banyak orang-orang yang masih bertahan dengan hal-hal konservatif seperti buku. Berkembangnya zaman, jelas membawa pergeseran kebiasaan. Pak Har dan Harika, mungkin mereka hanya sebagian kecil dari mereka yang masih setia dengan buku, bukan media baca lain.

"Ada titipan untukmu, Nak." Pak Har memberikan amplop putih pada Harika sebelum dia pulang.

Tak ada nama atau tulisan apa pun di amplop itu. Tanpa rasa ingin tahu yang dalam, Harika menyelipkan amplop itu ke dalam buku yang baru dipinjamnya. Tak ada yang berubah. Juga kebiasaannya setiap kali pulang ke kota itu.

"Harika, apa yang baru saja kau ceritakan pada Tuhanmu?" Suara Romo Bono memecah keheningan Gereja kecil itu.

"Hanya menyampaikan rinduku padaNYA, Romo. Dan permohonan maafku karena sudah mengecewakanNYA." Harika bangkit dari sujudnya. Dia duduk di kursi, tepat di depan Altar bersama Romo kesayangannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun