"Oh gitu," aku ikut tertawa. "Maaf ya. Jadi pangling, soalnya dibanding ketemu terakhir, 15 tahun lalu ya, kamu lebih ... cantik."
Raya tertunduk sambil tersipu.
"Eh, kamu selesai kerja jam berapa? Kita ngobrol, yuk," tanyaku lagi.
"Boleh. Saya tugas sampai jam 5 sore nanti, Roy. Bagaimana?"
Tadi sepintas lalu aku melihat ada cincin yang melingkar di jari manisnya.
"Sip. Tapi ... apa gak apa-apa nih? Tidak ditunggu di rumah?"
"Iya, aku sudah nikah, Roy. Tahun lalu. Tapi gak apa-apa kok. Suami lagi di luar kota. Kamu sendiri bagaimana?"
"Aku?"
"Sudah nikah atau belum?"
"Oh, belum sih. Gak ada yang mau soalnya!"
Dia tertawa lagi. "Gak percaya, ah."