Kiat utama yang harus dilakukan adalah edukasi terus menerus kepada para pemangku kepentingan, terutama para petani dan tokoh-tokoh penggerak masyarakat. Agar lebih "mendarat", edukasi harus dimulai dengan penyadaran tentang kerangka berpikir besar yang membingkai pertanian organik ini. Isu tentang lingkungan, keutuhan ciptaan Tuhan, kondisi bumi yang sedang tidak baik-baik saja yang akan kita wariskan ke anak cucu kita, bisa jadi topik penyadaran ini.
Penting untuk membuat penyadaran terlebih dahulu, agar pertanian organik tidak hanya dilihat secara jangka pendek dengan untung rugi saja. Kalau hanya bicara cuan semata, pertanian organik tidak akan menjadi topik yang menarik. Perpektifnya akan berbeda jika pertanian organik dilakukan sebagai bagian dari aksi jangka panjang untuk memulihkan bumi kita.
Setelah kerangka berpikir besarnya dipahami dengan baik baru masuk ke hal-hal yang sifatnya teknis, seperti bagaimana pertanian organik diimplementasikan, bagaimana pembuatan pupuk atau pestisida alami, bagaimana mengolah pertanian terpadu dan keterampilan atau pengetahuan teknis lainnya untuk mendukung pertanian organik.
Kiat berikut adalah mempertemukan para petani organik dengan pasarnya. Walaupun belum besar, pasar pertanian organik juga sebenarnya mengalami pertumbuhan. Masih dari Statistik Pertanian Organik Indonesia, dilaporkan operator pasar organik meningkat dari 8 operator pada tahun 2019 menjadi 48 operator pada tahun 2022. Jumlah perdagangan di pasar organik juga meningkat dari 491,4 ton pada tahun 2019 menjadi 7.795,9 ton pada tahun 2022. Produk organik yang paling sering dicari pembeli adalah sayuran, buah dan beras organik.
Dari hasil survei terhadap sejumlah responden (untuk tujuan pembuatan buku SPOI) ditemukan alasan utama responden mengkonsumsi produk pertanian organik adalah karena alasan kesehatan dan lingkungan. Sedangkan alasan utama responden tidak mengkonsumsi produk pertanian organik adalah harga yang mahal dan akses terhadap produk yang terbatas.Â
Jadi sekalipun harga produk pertanian organik lebih mahal dibanding produk pertanian konvensional, pasarnya tetap bertumbuh. Tapi akses dan jejaring pemasaran produknya harus terus ditingkatkan untuk menjangkau lebih banyak orang. Nah, menciptakan jejaring ini memerlukan dukungan banyak pihak, termasuk pemerintah sebagai regulator.
Berikut, mengingat konversi ke pertanian organik membutuhkan waktu panjang sampai produksi benar-benar optimal, petani harus dilatih menabung untuk membangun Dana Darurat yang berguna pada saat-saat produktivitas berkurang.Â
Petani juga dapat diberikan pelatihan-pelatihan keterampilan lain yang bisa memberikan pendapatan tambahan. Untuk pendampingan ini dibutuhkan peran lembaga mitra seperti NGO, perbankan atau koperasi.
Kiat lain yang bisa ditempuh adalah konversi lahan ke pertanian organik secara bertahap agar masih ada lahan yang dikelola dengan pertanian konvensional untuk menopang ekonomi petani. Tapi kiat ini mengasumsikan petani memiliki beberapa lahan pertanian yang bisa dimanfaatkan.
Wasana kata
Banyak tantangan dalam mewujudkan pertanian organik di tengah masyarakat kita. Tantangan utama adalah sudut pandang untung rugi, atau pikiran jangka pendek terhadap tawaran pertanian organik. Tapi bila berpikir jangka panjang ketahanan pangan juga untuk masa depan bumi, pertanian organik adalah "jalan ninja" yang harus didukung dan dilewati bersama.Â
Untuk itu dibutuhkan kolaborasi dengan banyak pihak, sehingga pertanian organik lebih masif dilakukan dan konsumsi produk organik semakin menjadi gaya hidup masyarakat. Dengan demikian pertanian organik semakin menjadi gerakan yang memberi kontribusi bagi peradaban kita, demi bumi yang lebih baik. (PG)