Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pertanian Organik, "Jalan Ninja" Ketahanan Pangan yang Penuh Tantangan

16 Oktober 2024   17:17 Diperbarui: 16 Oktober 2024   17:20 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tantangan-tantangan inilah yang membuat penerapan pertanian organik tidak selalu berjalan sesuai harapan. Walaupun demikian, pertanian organik tetap harus menjadi perhatian dan mendapat dukungan kita bersama demi ketahanan pangan yang berpihak pada kelestarian lingkungan.

Pertanian organik membawa manfaat dan kebaikan untuk tanah dalam jangka panjang. Seperti sudah dipaparkan di atas, proses konversi ke pertanian organik tidak serta merta membuahkan hasil. Butuh waktu bertahun-tahun bagi tanah yang sudah mengandung banyak residu pupuk kimia untuk kembali pulih. Tapi seiring penggunaan pupuk organik seperti kompos dan pupuk kandang, mikroorganisme yang berperan dalam menjaga kesuburan tanah juga kembali hidup dan bertumbuh. Dengan demikian tanah kembali produktif dan siap menopang pertumbuhan tanaman pangan dalam jangka panjang. Berbeda dengan tanah yang terus-menerus diberi pupuk kimia. Semakin lama tanah akan semakin jenuh sehingga butuh pemupukan yang lebih banyak. Hal ini menyebabkan ketergantungan petani pada pupuk kimia dan juga memperburuk kondisi tanah.

Masalah lain adalah kecenderungan resistensi hama terhadap pestisida kimia. Contohnya peningkatan resistensi Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) terhadap insektisida yang dilaporkan terjadi di banyak lahan pertanian di pulau Jawa.  

Kekebalan hama ini disebabkan penggunaan pestisida yang berlebihan dan penggunaan pestisida jenis tertentu dalam waktu lama, sehingga hama belajar lebih kebal dengan menyesuaikan metabolisme tubuhnya untuk mendegradasi racun tersebut. Dampaknya akan berbeda jika menggunakan cara alami untuk mengusir hama, misalnya dengan pestisida organik atau predator alami hama.

Masalah berikut adalah efeknya untuk kesehatan kita. Bagaimanapun juga, penggunaan pestisida kimia akan meninggalkan residu pada tanaman. Sehingga dengan konsumsi dalam waktu lama, residu bahan-bahan kimia ini akan ikut terakumulasi di dalam tubuh kita.

Jadi apa yang harus dilakukan?

Tidak mudah memang memasyarakatkan pertanian organik. Tapi untuk ketahanan pangan dalam jangka panjang dan kelestarian lingkungan serta bumi kita, kita bersama harus menempuh "jalan ninja" ini.

Kiat utama yang harus dilakukan adalah edukasi terus menerus kepada para pemangku kepentingan, terutama para petani dan tokoh-tokoh penggerak masyarakat. Agar lebih "mendarat", edukasi harus dimulai dengan penyadaran tentang kerangka berpikir besar yang membingkai pertanian organik ini. Isu tentang lingkungan, keutuhan ciptaan Tuhan, kondisi bumi yang sedang tidak baik-baik saja yang akan kita wariskan ke anak cucu kita, bisa jadi topik penyadaran ini.

Penting untuk membuat penyadaran terlebih dahulu, agar pertanian organik tidak hanya dilihat secara jangka pendek dengan untung rugi saja. Kalau hanya bicara cuan semata, pertanian organik tidak akan menjadi topik yang menarik. Perpektifnya akan berbeda jika pertanian organik dilakukan sebagai bagian dari aksi jangka panjang untuk memulihkan bumi kita.

Setelah kerangka berpikir besarnya dipahami dengan baik baru masuk ke hal-hal yang sifatnya teknis, seperti bagaimana pertanian organik diimplementasikan, bagaimana pembuatan pupuk atau pestisida alami, bagaimana mengolah pertanian terpadu dan keterampilan atau pengetahuan teknis lainnya untuk mendukung pertanian organik.

Kiat berikut adalah mempertemukan para petani organik dengan pasarnya. Walaupun belum besar, pasar pertanian organik juga sebenarnya mengalami pertumbuhan. Masih dari Statistik Pertanian Organik Indonesia, dilaporkan operator pasar organik meningkat dari 8 operator pada tahun 2019 menjadi 48 operator pada tahun 2022. Jumlah perdagangan di pasar organik juga meningkat dari 491,4 ton pada tahun 2019 menjadi 7.795,9 ton pada tahun 2022. Produk organik yang paling sering dicari pembeli adalah sayuran, buah dan beras organik.

Dari hasil survei terhadap sejumlah responden (untuk tujuan pembuatan buku SPOI) ditemukan alasan utama responden mengkonsumsi produk pertanian organik adalah karena alasan kesehatan dan lingkungan. Sedangkan alasan utama responden tidak mengkonsumsi produk pertanian organik adalah harga yang mahal dan akses terhadap produk yang terbatas. Jadi sekalipun harga produk pertanian organik lebih mahal dibanding produk pertanian konvensional, pasarnya tetap bertumbuh. Tapi akses dan jejaring pemasaran produknya harus terus ditingkatkan untuk menjangkau lebih banyak orang. Nah, menciptakan jejaring ini memerlukan dukungan banyak pihak, termasuk pemerintah sebagai regulator.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun