Pak Menteri pingsan lagi. Di dalam pingsannya dia kembali bermimpi, dikejar-kejar oleh monster bernama Ransomware itu. Setiap kali dikejar dia selalu terjatuh, pingsan dan bermimpi kembali.
Sialnya, setiap kali masuk ke lapisan mimpi yang lebih dalam, dia selalu bertemu monster Ransomware yang tidak pernah berhenti mengejarnya.
Sampai pada suatu titik, Pak Menteri benar-benar kelelahan lahir batin. Akhirnya dalam mimpi yang kesekian kali, saat terjebak di sebuah gudang tua, Pak Menteri memberanikan diri mengangkat wajahnya untuk menatap belasan mata merah Ransomware lalu berkata, "Saya sudah capek lari, Tuan Mons... eh, Tuan Ransomware. Capeeek sekali! Ayo mangsa saja saya, selesaikan segera, supaya saya tidak usah terus mimpi dan terus lari seperti ini."
Tidak disangka Ransomware menghentikan langkahnya. Mulut penuh gigi taring yang semula dibuka lebar-lebar kini terkatup rapat.
"Apa? Kamu minta dimakan segera?"
Pak Menteri mengangguk pasrah.
Ransomware menggelengkan kepala keheranan. Tapi akhirnya dia tertawa geli.
"Hehehe... aku hanya bercanda, Pak Tua. Seru loh, main kejar-kejaran seperti ini. Tapi ya, sudahlah kalau kamu sudah menyerah."
Ransomware mencari sesuatu di antara sisik-sisik punggungnya yang keras. Begitu tangannya ditengadahkan, nampak sebuah kunci besar dari perak di situ. Bentuknya antik, seperti kunci pintu istana pada kisah-kisah dongeng.
Sekarang ganti Pak Menteri yang keheranan.
"Apa ini?"