Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayam-Ayam Aduan

18 Februari 2024   20:07 Diperbarui: 18 Februari 2024   20:12 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh u_pr59ioa6fr dari pixabay.com

"Jadi, .... Kalau rakyat cerdas seperti kamu, Den, yang bahaya pemerintahnya ya," potong Parjo lalu tertawa.

Mau tidak mau Deden dan Sule ikut tertawa.

Saat itu pisang goreng tersisa satu potong di atas piring. Seperti dikomando, secara bersamaan ketiganya menjulurkan tangan untuk mengambil pisang goreng tersebut. Melihat yang lain mau mengambil, juluran tangan mereka tiba-tiba juga berhenti bersamaan.

Deden menarik tangannya. Begitu pula Sule dan Parjo. "Udah, ambil aja, Jo," perintah Deden.

"Le, buat kamu aja. Saya sudah kenyang, kok," sahut Parjo.

Sule menatap lucu. "Bohong! Kenyang kok masih ngambil?"

Ketiganya lalu tertawa lagi. "Eh, teman-teman," sambung Deden lagi. "Saya jadi mikir juga. Masih ingat kan, yang lalu kita selalu berantem gara-gara mau memenangkan ayam jago masing-masing. Kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya yang ayam aduan itu ya kita-kita ini, rakyat jelata! Karena rakyatnya yang berantem, elit politiknya yang jadi penonton. Rakyatnya udah babak belur berkelahi, eh, ujung-ujungnya pemimpinnya deal-deal politik."

"Betul itu, Bang," jawab Sule. "Ada yang sampai saling menjelekkan, tidak mau saling ngomong, blokir-blokiran, gara-gara beda pilihan capres."

"Nah, karena kamu lagi cerdas sore ini, pisang gorengnya buat kamu saja," ucap Parjo sambil mengangkat piring pisang goreng ke depan wajah Deden. Dikandang paksa seperti itu, Deden tidak bisa menolak lagi.

"Nah, begitu kira-kira tawaran koalisinya, Bang. Tidak bisa nolak, harus diterima," celetuk Sule.

Suara tawa lepas ketiganya kembali terdengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun