Dari balik pintu yang tersingkap, Bella memandangku cemas.
"Iya, Bel. Kan sudah aku bilang aku tidak bisa pulang. Rumahku sudah tidak punya pintu lagi," sahutku.
"Duh, kasihan sekali kamu, Don. Di luar sini kan dingin," jawabnya.
Yah, kasihannya baru sekarang, batinku kesal. Tapi kesalnya sedikit saja. Aku masih tersenyum senang karena kali ini pintu Bella benar-benar terbuka. Walau terbukanya masih kecil, ini sebuah progress yang besar.
"Tapi tunggu, tunggu, sebentar," ucapnya lagi. "Kalau rumah kamu sudah tidak punya pintu lagi, bagaimana caranya kamu masuk atau keluar?"
"Well, saat aku tahu kamu ada di sini, aku membuat tangga dari meja, kursi dan perabot lain di dalam rumah. Jadi aku bisa memanjat tembok dari dalam, lalu keluar dengan menjebol atap rumah. Untuk masuk kembali, ya, mungkin sedikit lebih sulit. Tapi,..."
"Sudah, nanti saja dipikirkan, Don. Yang penting kamu masuk dulu. Kasihan kamu sudah terlalu lama di luar."
Bella pun membuka pintu lebih lebar dan segera menarik tanganku ke dalam.
-----------Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H