"Doni, aku takut."
"Takut?"
"Tentang perasaanmu tadi. Takut persahabatan kita berubah jika aku mengatakan sesuatu untuk menjawabnya."
Wajahnya menghangat. Ada rona bahagia tapi sekaligus juga kebingungan di sana. Sepertinya aku juga mengalami hal yang sama saat ini.
"Makanya tidak usah dijawab dulu. Aku juga mau kita tetap berteman seperti ini, bercerita bebas tentang kehidupan, tentang hari ini dan masa depan, tanpa tendensi apapun."
Dia mengangguk setuju. Lalu seperti baru tersadar, dia buru-buru menarik tangannya sambil tersipu malu.
"Kamu ya, cari kesempatan megang-megang," ucapnya sengit
"Loh, tadi kamu kan yang megang duluan," sahutku tidak kalah sengit. Lalu kami larut kembali dalam tawa.
"Balik, yuk."
"Yuk."
***