Cleo mengangguk-angguk. Senyuman manis masih menghiasi wajahnya.
"Baiklah, Siera. Senang bertemu denganmu. Aku harap pertemuan ini jadi rahasia kita berdua saja ya. Kamu menemukan pecahan bintang yang mestinya aku temukan lebih dulu. Aku seorang peri malam yang bertugas mengumpulkan pecahan-pecahan bintang yang jatuh dari langit. Jadi kamu mau menyimpannya atau memberikannya kepadaku, Siera?"
Siera mengulurkan tangannya yang berisi pecahan bintang itu. "Ibu peri saja yang simpan. Kalau aku membawanya pulang, aku takut tidak bisa menyimpan rahasia kita bertemu seperti ini."
Cleo tertawa lagi, lalu menerima pemberian Siera.
"Baiklah, Siera. Terima kasih banyak ya. Aku harus segera pergi, karena aku tidak begitu tahan dengan sinar matahari seperti kalian. Kapan-kapan kita bertemu lagi. Tapi jangan lupa ... "
Cleo menempelkan telunjuk di depan bibirnya sambil mengedipkan sebelah mata pada Siera. Siera mengangguk dan ikut menempelkan telunjuk di depan bibir sambil tersenyum.
Dengan sekali kepakan sayap, Siera pun melesat tinggi ke atas dan menghilang di balik rimbunnya pepohonan.
Pertemuannya dengan Siera barusan menimbulkan kesan mendalam. Dia tidak sabar ingin menceritakannya nanti pada sesama peri malam, juga Ratu Demelia. Sesampainya di rumah peri, dia kembali terkejut. Di teras rumah sudah ada Ratu Demelia dengan pakaian kebesarannya bersama seorang peri pengawal.
"Ah, Ratu Demelia, mengapa tidak memberi kabar kalau akan berkunjung? Mari masuk ke dalam."
Cleo membuka pintu, meletakkan tasnya, lalu buru-buru menata meja dan kursi untuk kedua tamunya. Ratu Demelia yang anggun tersenyum. "Tidak perlu, Cleo. Aku lebih suka berkunjung seperti ini, supaya tidak membuat kalian para peri kerepotan. Aku juga tidak akan berkunjung lama."
Beberapa saat kemudian, tiga peri itu larut dalam percakapan hangat sambil duduk mengitari meja dan menyesap teh melati yang masih hangat.