"Iya, Oma."
Mendadak keadaan jadi hening. Bahkan napas orang-orang di situ pun seperti tertahan, menunggu kelanjutan percakapan itu.
"Tidak tahu kenapa, Oma mau sekali makan nasi kuning."
"Hah? Nasi kuning?"
"Iyaa... nasi kuningnya Opa Hans ya,"
Kening Elon mengernyit. Nasi kuning Opa Hans memang tempat favorit Oma. Tapi selarut ini?
"Jam segini sudah tutup, Oma," timpal Elon hati-hati.
Oma mengembuskan napas panjang dengan tatapan kesal. "Iya, Oma juga tahu. Belinya besok pagi," sahutnya.
Elon tersenyum, "Oke siap, Oma. Saya perginya besok pagi-pagi sekali biar nasi kuningnya masih panas. Yang penting Oma harus cepat."
Tidak menyambung ucapan Elon, Oma meneruskan potongan ucapannya yang rupanya tadi tertinggal. "... tapi belinya langsung ke Opa Hans ya. Bilang saja mamanya Hery yang pesan."
Senyum Elon menyurut. Berbagai perasaan langsung berkecamuk di batinnya saat itu.