Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bubur Ayam Tidak Diaduk Harga Mati!

7 Oktober 2021   20:24 Diperbarui: 7 Oktober 2021   21:19 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari kompas.com (shutterstock/Aris Setya)

"Tapi kita tetap bisa temenan kan sekalipun beda idealisme?" sahutnya lagi.

"Oh, tentu saja. Malah aku jadi kepikiran, kapan-kapan kita rendezvouz di kedai bubur ayam, lanjut ngobrol di sana. Cara makan bubur ayamnya, biarlah jadi ritual masing-masing. Bagaimana?"

"Boleeh," Niken menyahut antusias. "Lagipula, mau diaduk atau tidak diaduk itu kan kembali ke selera masing-masing ya. Menurut aku sama saja, sih. Toh dalam perut kita kan ujung-ujungnya semuanya bercampur aduk."

"Betul," sahutku. Kami pun tertawa berbarengan.

Tidak butuh waktu lama, kami sudah membuat janji bertemu besok pagi-pagi untuk sarapan di salah satu kedai bubur ayam populer di kota kami. Setelah itu kami pun berpamitan dan mengakhiri percakapan panjang itu.

Tidak sabar rasanya menunggu besok pagi tiba. Sesekali mencoba makan bubur ayam diaduk sepertinya seru juga ya.

--- 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun