Sejak itu, Ajeng tidak pernah bertanya lagi, takut suaminya berubah pikiran kembali.
Hanya saja sore ini dia kembali kepikiran, karena sang suami pulang kantor sambil tersenyum sumringah.
"Sebulan ini aku turun 10 kilo, Ma."
"Serius?" Ajeng menyahut tidak percaya.
"Bukan lagi serius, tapi 9 rius," sahut Henry lalu terkekah dan bergegas ke kamar mandi.
Sudah sejak dulu Henry memang berjuang menurunkan berat badan. Tapi ya karena mungkin niatnya setengah hati, jadi hasilnya juga tidak maksimal. Turun 2 kilo naik 3 kilo, turun 4 Kg tapi tidak lama kemudian naik 6 kilo.
Tapi kali ini 10 kilo? Wow! Ini pencapaian yang luar biasa.
Ajeng kini jadi bingung. Dia harus gembira atau malah takut? Jangan-jangan, niat Henry biar lebih kurus karena ....Â
Ah, Ajeng berusaha mengusir jauh-jauh pikiran negatifnya. Dia takut Henry sedang jatuh cinta pada wanita lain.
Lampu di kepalanya tiba-tiba bernyala terang. Dia ingat Tamara, salah satu staf administrasi di bawah Henry. Mereka cukup akrab karena sering bertemu di acara-acara keluarga yang dihelat perusahaan Henry. Mereka klop satu sama lain karena sama-sama suka masak dan kesehatan, walaupun usia keduanya terpaut jauh.
Ajeng menengok jam dinding. Belum sampai jam 7 malam. Mestinya belum terlalu malam untuk menelepon Tamara, mumpung Henry sedang bercengkerama dengan anak-anak di luar kamar.